Home » , , , , , » Main Bensin atau Air Sejuk? (Siapa Muslim Radikal Itu?)

Main Bensin atau Air Sejuk? (Siapa Muslim Radikal Itu?)

Diceritakan oleh Gugun Arief pada Friday, May 26, 2017 | 11:16 PM

Sampai bulan Mei 2017 ini setidaknya ada 3 kabar (lagi) soal gerakan teror oleh individu atau kelompok yang disematkan pada golongan "Islam radikal":
  • Bom bunuh diri di Kampung Melayu 
  • Serangan grup berafiliasi dengan ISIS di Marawi, Filipina 
  • Bom bunuh diri saat konsernya Ariana Grande di Manchester
Ketika saya menuliskan kegelisahan dan kegeraman saya, beberapa teman memprotes istilah "Islam radikal" ini dan menganggap itu sebuah upaya provokasi. Bahkan ada yang bilang bom itu pengalihan asu... eh isu .... Saya pun berargumen kurang lebih begini:
Ketika ada anak bermain dengan bensin dan di situ ada orang jahat membawa api, apa yang musti dilakukan?
  1. Suruh si anak gak mainan bensin dan amankan bensin itu dalam wadah yang kedap api.
  2. Tangkap si pembawa api.
Point yang satu bisa diimplementasikan dengan jelas. Bensin adalah metafor untuk TAFSIR KEAGAMAAN YANG BERPOTENSI MENYULUT KONFLIK KEKERASAAN DI LEVEL KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA. Bisa dibaca dengan jelas karena saya ketik kapital semua. Jadi siapapun yang menyebarkan tafsir demikian harus dibatasi geraknya. Tidak usah diberi ruang sehingga ia bisa mengindoktrinasi jamaahnya. Ruang yang saya maksud adalah ruang keagamaan publik, ceramah di media, masjid, sekolah dll. Karena sama aja dengan ngajarin "main bensin" tanpa tanggung jawab. Jika masih menggugat soal tafsir keagamaan, monggo lakukan di forum terpisah yang membahas soal TAFSIR KEAGAMAAN, karena penafsiran bahwa apakah agama musti dijalanin begini dan begitu itu perlu ruang tersendiri. Begitu anda memaksakan "musti begini" maka anda main bensin. Katakanlah ketika anda anggap mendirikan khilafah, melaknat pemerintah yang sah sebagai thaghut, mengancam minoritas adalah KEWAJIBAN AGAMA MENURUT ANDA, saya dengan tegas bisa bilang: Itu adalah tafsir yang saya metaforkan sebagai "ideologi bensin".
Point kedua lebih rumit. Karena melibatkan konflik-konflik kepentingan tingkat tinggi. Yang ini kita tak bisa dengan mudah melacak siapa si "pemantik api". Tapi kalo cuma bilang "ada tangan-tangan tertentu yang mengadu domba", yaaa nenek salto juga bisa ngomong gitu. Allan Nairn punya teori/opini tersendiri, TNI punya sanggahan tersendiri. Kita tak punya akses ke banyak "lipatan-lipatan informasi" kelas tinggi. Rakyat jelata macam kita, yang realistis cuma bisa menangani "anak main bensin". Karena API HANYA BISA MEMBAKAR JIKA BENSINNYA TERSEDIA. Anda paham logika yang saya pakai, kan?

Siapa yang "main bensin"?

Saya tak akan sebut nama. Saya tak mau anda giring hanya memperdebatkan sosok, bukannya substansi perbuatan. Pemain bensin adalah orang-orang yang memaksakan TAFSIR TUNGGAL ATAS KEBENARAN AGAMA. Implementasi dari tafsir itu adalah men-takfir pihak yang berseberangan. Tak perlu seekstrim ISIS. Menganggap beda tafsir adalah sesat atau laknatullah aja udah cukup menunjukkan bahwa suatu golongan itu TAKFIRI. Bahkan anda bawa setumpuk dalil pun. Toh dalil juga soal tafsir. Ingat! Khulafaur Rasyidin adalah korban soal beda tafsir di awal-awal sejarah Islam! Orang macam Ibnu Muljam juga bukan orang yang awam soal agama lho ....

Bom bunuh diri jalan pintas menuju surga? (tweet TNI AU)
Bom bunuh diri jalan pintas menuju surga? (tweet TNI AU)

Jadi apa itu ISLAM RADIKAL?

Gampangannya ya Islam "main bensin" itu. Anda gak setuju istilah Islam radikal? Oke...saya pakai istilah "ISLAM BENSIN". 
Atau mau definisi rumit?
Radikalisme Islam (saya gak bicara radikalisme secara umum) adalah faham ingin mengembalikan tata masyarakat secara mendasar mirip pada era kenabian. Tentu aja menurut versi mereka. Faham ini ingin menjalankan syariat secara (yang mereka anggap) murni di bawah sebuah sistem pemerintahan khusus (khilafah). Argumen yang dipakai adalah SEORANG MUSLIM WAJIB MELAKSANAKAN SYARIAT AGAMA DALAM SEMUA LINI KEHIDUPAN.

Masalah dari jargon ini adalah, SYARIAT DALAM TAFSIR SIAPA? DAN BAGAIMANA BENTUK PELAKSANAANNYA? Apakah kudu jadi negara Islam? Apakah musti membatasi kaum non-muslim? (misal gak boleh jadi gubernur). Mereka ini mengganggap tafsir yang benar hanya satu. Dengan demikian mereka selalu bikin jargon bahwa Islam itu satu. 

Kenyataannya nggak sesederhana itu, Bung. Islam yang macam ISIS benar-benar ADA. Pendukungnya ADA. Jadi tafsir yang versi mana dimaksud? ISLAM itu TIDAK SATU. Satu namanya iya, semua bilang "Saya Islam" tapi metodologinya gimana?

Baca juga:

Kenapa Ada Umat Islam Intoleran Dan Ngamukan? (Bagian 1)

"Kalo Islam dianggap teroris, maka negara ini udah ancur dari dulu karena Islam mayoritas di sini."

Ada lagi argumen seperti di atas. Saya bilang INI ARGUMEN INVALID, FALLACIOUS. Kerancuan premis pertama: SIAPA YANG BILANG SEMUA ISLAM TERORIS? Dari premis awal udah INVALID.

Faktanya ada ISLAM yang ramah, nggak main bensin. Ada Islam yang marah dan bawa bensin. You want to deny that? ISIS tetap Islam, kan? tapi Islamnya beda, kan? Jadi stop denying by saying that ISLAM IS ONLY ONE. Anda ingkar fakta kalo berargumen kayak gitu. Ada banyak macam Islam. Yang satu itu cuma nama aja ... karena semuanya bersyahadat yang sama dan bernabi akhir yang sama. Syiah yang masih percaya nabi dan Al Quran aja anda tuduh taqiyyah dan menuhankan Ali kok ... ya mungkin ada yang gitu. Sama juga ada Sunni yang membunuh serampangan macam ISIS.

Lalu saya ditanya lagi? Gimana dengan para pendukung demo 212? Gimana FPI? Gimana Habib Rizieq (udah pulang ke Indonesia belom?)? Gimana HTI? (masih merasa dizhalimi, Om?)

Sekali lagi saya tak akan terjebak pada menuding nama. Saya akan tuding perbuatan. Saya tak akan meladeni diskusi yang gak pake sistematika (memutar-mutar lingkaran pertanyaan). Ciri radikal antara lain adalah meniadakan tafsir lain atas agama. Misal saya tidak pro sama khilafah apakah saya sesat? Kafir?

Oke gak masalah anda bilang saya sesat atau kafir (misalnya). Tapi dalam sejarah, konsekuensi dibilang "kafir", "sesat", "laknatullah", dll itu nggak sembarangan. Masih inget perlakuan mayoritas pada warga Ahmadiyyah gara-gara stempel sesat itu? Jadi anda paham mana yang saya sebut radikal eh...tukang main bensin ding? OKE... NEXT....

APAKAH DAMPAK PEMIKIRAN RADIKAL (okaaay kalian gak setuju ... aku ganti pemikiran bensin), pada tindakan EKSTRIMISME semacam bom bunuh diri?

Penganut faham ekstrim jihad bom adalah orang yang percaya bahwa tafsir agama itu TUNGGAL. Gak ikut tafsir A maka dosa. Itu adalah cara ber-IDEOLOGI yang sama dianut oleh TUKANG BOM. Dan bom itu ekstrim lho... Emangnya bomnya diisi kocokan hand body and lotions? Kalo meledak makcrot baunya wangi?... masalahnya bomnya itu bisa bikin orang cuil-cuil je ....

Ketika orang mikir bahwa tafsir itu tunggal, selanjutnya tinggal diinjeksikan faham ekstrim. Si pemain api tinggal provokasi, "Lakukan demi kejayaan agama, lalukan untuk membalas musuh-musuh Allah, lakukan agar dapat pahala dll." Karena tafsir tunggal gak perlu kritis. Di kepala mereka, peduli amat kan sama ayat-ayat yang melarang pembunuhan ....

Kalo udah kejadian makJLEGERRR BOMMMMM. Apakah para penganjur ideologi bensin ini mau tanggungjawab? Setidaknya dengan mengakui bahwa tafsir keagamaan mereka emang bau bensin? Ooo biasanya sih bilangnya, "Ini tidak mewakili umat Islam." (ya emang enggak...setidaknya bagi kami yang penganut ideologi Islam air sejuk.)

Ketika saya menyatakan penolakan atas IDEOLOGI, musti anda bedakin (eh emangnya bayi dibedakin...) maksud saya bedain: antara hal yang ditolak dengan identitas umum orangnya. ISLAM itu identitas umum. GAK CUMAN SATU. Tapi pembawa ideologi bensin itu udah menunjuk ciri-ciri tertentu. Saya ulangi cirinya:
  1. Takfiri pada non-golongannya
  2. Meniadakan tafsir lain. Paling ringannya anda-anda yang suka mencibir "Islam Nusantara".
  3. Mengorganisir masyarakat untuk mencapai tujuan penafsirannya.
Silakan putuskan FPI, HTI, dan ustadz-ustadz panutannya cocok gak dengan definisi itu?

Lho, Cak, bukankah memusuhi ideologi bensin juga berarti anti ama kebhinekaan?

Ngene lho, Cah Bagus .... kebhinekaan hanya mungkin terjadi jika kita membatasi yang anti terhadap kebhinekaan. Opo yo iso mewujudkan tatanan yang saling menghargai tapi memasukkan kaum yang nggak mau menghargai? Kayak kamu itu bikin acara perjamuan makan tapi begitu tamu duduk siap menyantap semua makanan itu kamu buang ke sungai atau kamu kasih makan kaiju.

SIKAP

Saya masih melihat sikap enggan untuk mengecam terhadap ideologi dan tafsir agama ala bensin. Mungkin takut dianggap menistakan agama. Yang saya pahami...ketika ada ayat dijadikan justifikasi untuk menghancurkan kehidupan, maka itu menista agama. Justifikasi itu nggak harus literer dengan anjuran membunuh...cukup ketika mengkafirkan yang berseberangan, itu sudah membawa implikasi menghancurkan. Emang siapa elo punya hak ngasih label kafir?
Kenapa enggan untuk ngakuin bahwa teroris itu juga ada yang Islam? 
Kenapa enggan mengakui bahwa ada dari mereka yang memakai ajaran agama untuk melegalkan aksi mereka?
Apakah anda menganggap ajaran agama tak bisa disalahgunakan? (hayooo mbalik lagi soal pilkada deh)
Bisa kan membedakan antara alat dan tujuan?
Ingat logika makan pake sendok ama makan sendok?
Kalau saya gak terima agama saya diinjak-injak oleh teroris bom beragama sama dengan saya, terus saya ajukan kritik ... apa saya termasuk memprovokasi? Saya gak pake banyak dalil untuk mengatakan bahwa para TERORIST ITU TELAH MENISTAKAN AGAMA.

Bismilahirrahmaanirrahiim...

Itulah doa yang umat Islam panjatkan setiap memulai perbuatan baik. Allahu rahmaaan arrahiim...Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Maha pengasih dan penyayang pada siapa? Ya...semesta. Rahmatan lil alamin .... Lalu para teroris itu mengubah tafsir rahmat itu hanya menjadi "lil muslimin" (itu aja cuman golongan pro mereka). Gimana saya gak bisa bilang ini penistaan?

SOAL LABELISASI

Adalah benar saya tak sepakat dengan pelabelan semena-mena. Sudah saya singgung di artikel lain. Ada yang main bensinnya pada taraf ideologis, ada yang udah ke sikap dan ada yang benar-benar pada tindakan. Kabar buruknya nih ... you can't kill an ideology. It is your "zombie neighbour". Jadi baik-baik aja memanage-nya. Living among zombie.

Saya pun tidak setuju kaum yang main-main ideologi bensin ini dikucilkan dari masyarakat atau dibatasi haknya sebagai manusia dll. Cukup batasi aja permainan bensinnya, pribadinya kita musti terima dalam masyarakat. Kalo salah ya dihukum sesuai undang-undang berlaku. Kalo nekad nyebarin faham ya singkirkan aja penceramahnya, bukan bubarin pengajiannya. (soal pembubaran-pembubaran silakan bertengkar sendiri ya... bawa data masing-masing diluar postingan ini). Apa nggak cukup Allah ngasih ayat kauniah lewat sejarah? Betapa memaksakan tafsir bakal makan korban. Ingat nggak keluarga nabi bahkan jadi korban paling tragis sepanjang sejarah dan membelah Islam jadi dua kubu hingga sekarang?

Selamat berdebat, 
jangan lupa bayar upah pekerja anda yang sekarat, 
prioritaskan bayar utang ke teman-teman terdekat
dan......
jangan lupa hapus cache setelah browsing video-video maksiat.

Terimakasih and wassalamualaikum warrahmatulllahi wabarakaatuh.
Dadaaaaagh saya mo is-ti-ra-hatttttttt.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into