Home » , » Langgeng Bungah Susah; Langgeng Tan Ana Susah Tan Ana Bungah

Langgeng Bungah Susah; Langgeng Tan Ana Susah Tan Ana Bungah

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Thursday, November 6, 2014 | 1:30 PM

Junggringan tentang jargon Langgeng Bungah Susah ini disampaikan oleh Ki Kondang Sarwoedi via grup FB Filsafat Raos Gesang Ki Ageng Suryomentaram.

Langgeng Bungah Susah; Langgeng Tan Ana Susah Tan Ana Bungah

Dalam konsep filsafat raos gesang Ki Ageng Suryomentaram alam sudah dengan sendirinya memberi keadilan yang seadil-adilnya pada semua makluk hidup yaitu KESETARAAN UNIVERSAL RASA HIDUP. Ini kesetaraan yang otomatis membuat semua makluk hidup terbebas dari rasa cilaka yang berupa rasa MERI-PAMBEGAN GETHUN-SUMELANG (iri, sombong, kecewa, khawatir).

Ki Kondang Sarwoedi
Ki Kondang Sarwoedi, membabarkan jargon Langgeng Bungah Susah
KAS yang hidup di ring pertama istana ingin merasakan betapa susahnya menjadi petani, pedagang kain batik keliling, bahkan penggali sumur. Dan untuk mengetahui bagaimana rasanya, beliau pergi dari istana dan menjadi orang-orang yang dianggap susah tersebut sehingga beliau ngerti dhewe, weruh dhewe, krasa dhewe, yaitu menyaksikan dan mengerti sendiri, bukan jare-jarene (bukan hanya karena kata orang), artinya tidak ada pewalian entah yang namanya menurut Maha Guru anu, kata Eyang ini, menurut cerita-cerita para luhur, dan sebagainya. Weruh dhewe, ngerti dhewe, krasa dhewe adalah salah satu konstruksi membangun kebenaran dengan cara EMPIRIS, bersumber dari sebab-akibat yang sambung-menyambung silih berganti yang selanjutnya dinamakan perjalanan hidup. Dari sudut pandang ini, Kawruh Jiwa bisa digolongkan sbg aliran psikologi fenomenologis.

Setelah dihayati, hidup sebagai orang-orang tersebut ternyata menurut beliau esensi atau hakekatnya tidak berbeda dengan apa yang beliau alami sebagai seorang pangeran, ya sama saja: KADANG-KADANG SUSAH, KADANG-KADANG GEMBIRA. Maka disimpulkanlah bahwa cita-cita hidup bahagia selamanya itu hanyalah gagasan demikian rasa ketakutan kalau akan mengalami celaka atau susah seumur hidup.

Apabila seseorang sudah ngerti dhewe, weruh dhewe, krasa dhewe, bahwa semua makluk hidup di dunia ini baik itu rumput, cacing, gajah, kyai, raja ataupun orang miskin rasa hidupnya BUNGAH-SUSAH SILIH BERGANTI, maka damailah rasa orang tersebut karena tidak perlu iri di saat orang lain keberkahan, ataupun sombong ketika dirinya mendapat anugerah, dan juga tidak sumelang atau khawatir akan mengalami penderitaan seumur hidup ataupun kecewa karena cita-citanya tidak tercapai. Di dunia ini tidak ada hal yang perlu dicari/ditolak dengan amat sangat karena jika yang dicari didapatkan/tidak pun tetap akan merasakan bungah susah, silih berganti. Begitu pula dengan hal yg mati-matian kita tolak pun tercapai tidaknya tetap akan merasakan silih bergantinya bungah susah tersebut. Maka BUNGAH SUSAH itu LANGGENG dan salamnya LANGGENG BUNGAH SUSAH.

Bagaimana dengan langgeng tanpa ada susah dan bungah, bukannya bertolak belakang dengan langgeng bungah susah?

Langgeng tan ana bungah tan ana susah adalah jargon Sosrokartanan (RM Sosrokartono) yang mengkhayalkan RASA AKU TANPA TENGER. Semua hanya gagasan atau pikiran saja, yang sering membuat manusia terjebak dalam masa lalu dan masa depan. SAIKI, KENE, NGENE, AKU GELEM.

Ada sebuah ungkapan bahwa TIDAK ADA YG KEBETULAN dalam hidup ini. Adakah konsep semacam itu dalam Filsafat Raos Gesang KAS? 




Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into