Home » , , , » Isih Penak Jaman Mbahmu, To? (Sedikit cocotan hari pitulasan hehehe)

Isih Penak Jaman Mbahmu, To? (Sedikit cocotan hari pitulasan hehehe)

Diceritakan oleh Gugun Arief pada Sunday, August 16, 2015 | 7:28 PM

MERDEKA!?

Guys…apakah kita udah merdeka?

Ada yang jawab udah dan ada yang jawab belum. Yang merasa kita udah merdeka ya mari bersyukur yang merasa belum ya…kacian deh looo :p

Merdeka dari apa?

Apakah merdeka dari hutang? Merdeka dari diskriminasi? Merdeka dari sempitnya peluang usaha? Merdeka dari menjalankan keyakinan? Kalau saya sih bilang kita udah merdeka dari hilangnya kesempatan untuk merdeka. :p
Pitulas agustusan
Independence Day, Dirgahayu!


Sekarang ini kamu merdeka untuk menentukan nasib (walau enggak bisa nentuin hasilnya hehe). Kamu merdeka untuk ngomongin orang di medsos (itulah makanya Jonru harus kita angkat sebagai ikon kemerdekaan men-cocot). Kamu merdeka untuk mengkafir-kafirkan orang. Kalo jaman Pak Harto bisa-bisa kamu disikat karena mengganggu kestabilan hankamnas.

Oiya…kangen nggak ama Pak Harto?

Seandainya kita nggak baca-baca soal investasi kapitalis pasca runtuhnya komunisme, korupsi birokrasi dan black operationnya CIA, kalo kita cukup beriman pada film propaganda orde baru…maka jaman Pak Harto itu indah luar biasa lho. 

Tahun 80an itu…

Masyarakat tanpa gadget, bercengkrama dalam arisan dan karang taruna, ada kompetisi klompencapir, serial TV Kura-Kura Ninja, wahhhh. Masyarakat nggak banyak yang kaya tapi bahagia. Aturan banyak ditaati. Aparat dan polisi berwibawa (ahaaaa :D) banyak anak laki-laki pengen jadi tentara.

Merdeka itu adalah ....

Guys… kita bisa memandang kehidupan ini dengan kacamata berbeda. Kita bisa melihat kemerdekaan dengan rasa berbeda. Bagi kamu mungkin kita belum merdeka karena kamu memakai kacamata tinjauan sosio-kultural maupun politik yang ribet. Tapi bagi bapak-bapak sepuh mantan pejuang itu sekarang ini adalah keadaan yang jauh lebih baik dibanding masa revolusi fisik. Wahana jihad beliau-beliau itu adalah bedil dan mesiu sementara kamu cuman gadget (yo aku termasuk iki….)

Saya ingat banget kata-kata bapak saya almarhum. Beliau mantan pejuang kemerdekaan:
"Saiki kuwi cah-cah enom sok ngomong mending dijajah Londo mergo ora puas karo pemerintah. Lambene ora dijaga. Rumangsane penak po melu perang? Ora tau ngrasakne perang sok muni dijajah luwih penak."
Terjemahan bebas:
"Sekarang anak-anak muda dengan gampang ngomong mending dijajah Belanda karena tak puas dengan pemerintah. Mulutnya nggak dijaga, Dikira enak ikut perang? Tak pernah merasakan perang sok bilang dijajah lebih enak."
Almarhum bapak sangat berterimakasih pada era Pak Harto karena saat itu veteran perang ditanggung negara dan kebetulan bapak banyak hidup di eranya Pak Harto. Bapak tak ambil pusing dengan korupnya keluarga Cendana kala itu karena bagi bapak dia hanya perlu berterimakasih pada rezim yang menghidupinya. Itu saja.

Maka kala itu kalo pas 17 agustus, bapak akan pakai seragam ijo tua dan peci kuning. Beliau akan jalan kaki menemui teman-teman sepuhnya, ikut upacara di halaman koramil. Dan seingat saya cara bapak hormat pada bendera, jauh lebih bagus dan keren daripada yang diajarkan ama instruktur paskibra jaman saya sekolah hehehe (pisss Ooom)

Hormat vs Sembah, Senapan vs Perundingan

Oh iya intermezzo ya...bapak saya Islamnya konservatif (bacaannya Sayyid Qutb, Ibnu Taimiyyah dll.) tapi masih menghormat pada bendera. Soalnya bapak ngerti yang dia hormat bukan fisik bendera (bukan pula menyembah...konyol banget jalan pikiran temen bigotmu itu).

Nah, kadang saya juga minta cerita bapak soal jaman perang dulu. dan kata bapak... perang itu nggak seheroik yang ada di komik dan film. Bahkan beliau bilang bahwa bukan senapan lah yang memenangkan kita melainkan perundingan. Jadi jihad diplomatis itu lebih efektif.

Memanen Karma, Tergilas Kangen

Mungkin beberapa kamu yang bapaknya tentara kangen dengan stabilitas poleksosbudhankam ala orba. Kamu lihat ordenya Jokowi ini tak lebih seperti atraksi topeng monyet. Mana pula kewibawaan institusi birokrasi?

Sesungguhnya kita memanen karma yang ditanam sejak republik ini berdiri. Bagi seorang yang pro status quo, masa lalu pastilah terlihat lebih indah. Jaman Majapahit mungkin lebih indah lagi. Jaman purba lebih indah lagi…jaman dinosaurus apa lagi….

Guys…jaman itu bergerak melindas kenyamanan kita. Pikiran yang retro akan digilas oleh kemajuan teknologi. Mau gak mau era gadget mengubah semuanya. Cara pikir kita berubah (kecuali kamu retro status quo dan kolot). Cara pandang kita tentang kemerdekaan berubah.

So…bagaimanapun kau memandang kemerdekaan… bersyukurlah bahwa kita sekarang merdeka untuk mendefiniskannya.

Selamat hari merdeka!

Kami rindu padamu Pak Har…moko (lhoh?)
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into