Home » , » Jokowi Beli Mobil Mewah untuk Mobil Kepresidenan? (Analisis Judul dan Konten Berita Media Online)

Jokowi Beli Mobil Mewah untuk Mobil Kepresidenan? (Analisis Judul dan Konten Berita Media Online)

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Sunday, March 8, 2015 | 8:09 PM

Jokowi Beli Mobil Mewah untuk Mobil Kepresidenan? - Kehebohan-kehebohan yang terjadi di media bisa dirunut dari terpecahnya media menjadi dua aliran mainstream menjelang pilpres. Begitu pun halnya kehebohan berita Jokowi Beli Mobil Kepresidenan Super Mewah.

Saya sendiri sebelumnya nggak sadar kutub berseberangan dalam politik bisa muncul dalam keadaan demikian. Kedua mainstream ini kemudian kentara dan tak dapat ditutup-tutupi lagi saat menjelang pilpres, yang pendeknya adalah mendukung salah satu pihak dari dua capres yang bertarung. Di satu aliran, kita mendapati media besar vivanews, merdeka, tvone, dan republika. Di pihak lain ada metrotv, detik, tempo.co, kompas. Tentu saja kedua mainstream ini mendapat sokongan dari media sealiran berupa blog-blog lain yang lebih kecil. Hanya saja, blog-blog pada umumnya hanya akan mengolah informasi dari sumber kedua, yaitu dari berita yang beredar di media-media utama. Istilahnya rewrite, copas, ganti sinonim, spin, dan lain-lain. 

Masalahnya, karena cukup kerasnya dua aliran politik yang berbenturan (yang kelak menjadi Koalisi Indonesia Hebat vs Koalisi Merah Putih), konten atau isi berita-berita yang netral pun bisa menjadi tendensius.

Saya baru sadar saat saya teringat buku Prahara Budaya karya D. S. Moeljanto dan Taufik Ismail yang menggambarkan benturan dua kutub menjelang peristiwa tragedi '65. Potensi konflik yang demikian bisa terjadi kapan saja ketika hanya ada dua pihak yang berhadapan. Karena alasan itu, beberapa kalangan memuji strategi Pak Harto ketika membagi partai politik pada Orde Baru di Indonesia menjadi tiga partai besar, bukan sistem dua partai seperti di AS.

Judul dan Konten Berita Media Online Pasca-Pilpres

Pascapilpres, tensi perseteruan media lumayan mengendur, tapi sentimen yang dimainkan masih seputar pertentangan emosional kedua kubu. Sementara media-media pentolannya hanya main di wilayah judul saja, blog-blog di bawahnya bisa menggoreng berita hingga menjadi melenceng sama sekali dari informasi sebenarnya. Ini contoh kasus terbaru:

Menteri Susi Curigai Kapal Milik Ahok Lakukan "Transshipment" Kompas.Com
Menteri Susi Curigai Kapal Milik Ahok Lakukan "Transshipment"

Judul berita Kompas ini menjebak pikiran pembaca yang sudah terkotak dalam konflik antara Ahok vs DPRD DKI Jakarta untuk mengunjungi situsnya. Saat kita membaca isi beritanya, barulah kita sadar bahwa nama Ahok di sana bukanlah Ahok yang BTP itu. Kita kecele :p

Mewahnya Versi Terbaru Mobil Kepresidenan Jokowi Viva.Co.id

Mewahnya Versi Terbaru Mobil Kepresidenan Jokowi

Judul berita viva.co.id ini pun menggunakan judul yang tak kalah bombastisnya. Pembaca yang terbelah dalam kedua kubu politik pilpres 2014 merupakan makanan empuk judul-judul semacam ini. Sekilas membaca judulnya, orang dapat menyimpulkan bahwa Presiden Jokowi mendapat mobil kepresidenan baru yang lebih mewah seperti yang dibahas. Tapi jika lebih jeli membaca beritanya, pembaca akan kembali sadar bahwa mereka telah tertipu judul berita di atas. (lihat reaksi kecele pembaca dari komentar-komentar pada kedua berita tersebut di atas).

Intinya, berita tersebut ada di bawah rubrik Otomotif yang membahas tentang mobil. Mobil yang tengah dibahas adalah mobil Mercedes-Benz, S-600 Pullman Guard keluaran terbaru yang akan dipamerkan di Geneva Motor Show 2015. Kebetulan, Mobil Presiden yang dipakai Jokowi juga satu merek dan sama seri chassisnya yaitu S-Class, hanya saja versi mobil yang ada di berita otomotif ini adalah keluaran yang terbaru Mercedes-Benz. Akhirnya, pembuat berita nge-mix (minjam istilah MN Heri Darmanto) judul beritanya jadi timbul kesan ada pembelian mobil kepresidenan yang baru sehingga bisa membuat pembaca mengunjungi situsnya.

Apa tujuannya? 

Akhir-akhir ini media besar pun main juga di judul-judul bombastis seperti di atas. Tujuannya apalagi kalau bukan trafik (lalu-lintas pengunjung ke situs). TukarCerita pun membuat judul bombastis untuk menarik pembaca, nah sekarang kalau sudah kompetisi dengan media besar begini terus blog kecil mau apa lagi? (jadi curhat, hehehe)

Jalan pintas yang bisa dilakukan blog adalah dengan super-duper-kuer-kuer bombastis kuadrat, kalau perlu memelintir berita tersebut menjadi menyesatkan. Misalnya, berita yang pada intinya merupakan berita otomotif kemudian disulap dan ditambah bumbu-bumbu menjadi berita politis yang tendensius. Berikut ini salah satu contohnya:

Jokowi Beli Mobil Mewah untuk Mobil Kepresidenan

Dengan shortcut itu, ada dua target yang bisa diperoleh, yaitu politis dan trafik (baca profit). Untuk apa profit yang didapat? Hmmmm.

Mobil Kepresidenan Jokowi

Jika menelusuri beritanya di internet, kita akan mendapati bahwa mobil kepresidenan yang selama ini dipakai Jokowi sekarang adalah Mercedes Benz S600 L Guard berbasis W221 keluaran tahun 2008. Mobil penuh standar keamanan yang dikeluarkan pada periode 2006 - 2013 ini adalah mobil kepresidenan RI-1 yang selama ini digunakan Presiden SBY. Jokowi sendiri memutuskan memakai "bekas mobil SBY" itu dan tidak membeli mobil kepresidenan yang baru karena mobil yang ada dianggap masih cukup bagus. [Sumber beritanya: detik Jokowi Akan Pakai Mobil Kepresidenan SBY, viva Ini Kehebatan Mobil Presiden SBY, republika Istana Bantah Jokowi Pakai Mobil Dinas Baru, dan yang netral Mercedes “Presiden 1″ Jokowi Bukan Pullman Guard]
 
Catatan: 

Ada sepenggal berita yang mengabarkan bahwa Sekretaris Negara menyebut Indonesia pernah membeli mobil kepresidenan Mercedes-Benz S600 Pullman Guard yang hanya dipergunakan pada waktu-waktu tertentu saja, tapi sejauh ini TukarCerita belum dapat melacak lebih jauh dari mana sumber berita ini berasal. Kalaupun berita secuil ini benar, itu tidak otomatis menjustifikasi berita pembelian mobil baru secara diam-diam sebagaimana dituduhkan. "Sudah ada" vs "membeli baru secara diam-diam di atas penderitaan rakyat" itu beda jauh bak bumi dan langit kan, bro sis. 

Kesimpulan

Mendukung salah satu pihak adalah wajar karena berbagai faktor pertimbangan, tapi langsung memercayai satu sumber saja untuk saat ini adalah sesuatu yang naif. Sebaiknya jadilah pendukung yang cerdas, yang bisa membela dengan landasan jelas, dan mengkritik dengan masuk akal pula (sumber berita dan argumennya juga harus jelas). Dan ingat, mengkritik tidak sama dengan menghujat. Mengkritik itu bisa berarti membangun ke arah lebih baik, sedangkan menghujat hanya akan menjatuhkan satu sama lain saja.
Sebenarnya tidak ada untungnya buat saya membela salah satu pihak, tapi sebagai manusia "kadang saya merasa sedih juga" kalau ada yang ngomong tanpa dasar. Karena saat ini ada dua mainstream media yang berlawanan, mau nggak kita harus saling crosscheck satu berita di internet. Untuk mengklarifikasi suatu berita, dalam ajaran Islam sebenarnya ada prinsip "tabayyun", "tatsabbuh", konfirmasi, cek ricek mengenai suatu berita. Intinya, jangan gampang terjebak dan kemakan hoax yang malah menambah buruk citra pihak yang Anda dukung. Itu namanya senjata makan tuan.

Teman saya punya tulisan bagus tentang tabayyun. Namun masih terselip di antara catatan-catatannya. Jika sudah ketemu, nanti akan diposting di Tukar Cerita. Untuk sementara, sekian dulu.

Tulisan teman saya: Urgensi Tabayyun, Prinsip Etika Islam yang Makin Ditinggalkan

Baca juga: Apakah Tubagus Arif yang Mengumpat?

Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into