Home » , » Satu Kata yang Sebaiknya Dihindari Blogger dan Content Writer

Satu Kata yang Sebaiknya Dihindari Blogger dan Content Writer

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Tuesday, December 2, 2014 | 1:55 PM

Sebagai narablog atau content writer (penulis konten), 
Anda tidak perlu lagi menggunakan kata ini.

Seiring dengan semakin meningkatnya frekuensi blogwalking dan kerja sama pemesanan artikel yang saya lakukan dengan para content writer, secara agak saya mengejutkan saya menemukan kata ini baik pada artikel-artikel di blog yang saya baca (khususnya yang berkaitan dengan tips dan cara-cara praktis), dan pada hampir di seluruh artikel yang pernah saya pesan. Entah disadari atau tidak oleh content writer, kata ini selalu menampakkan diri, paling banyak pada pernyataan kesimpulan dan kalimat penutup pada bagian pernyataan kesimpulan. Saya akan segera memberi tahu pada Anda.
1 ...
2 ...
3 ....

Kata itu adalah "NAH." 

Kata yang Perlu Dihindari Blogger dan Content Writer
Nah, nah, nah!
Berikut ini beberapa contoh penggunaan kata "nah" yang saya ambil dari artikel yang saya pesan:
  • Nah, dari begitu banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi perut buncit, olahraga yang teratur merupakan metode yang sangat efektif dan sudah sangat terbukti hasilnya.
  • Nah, itulah beberapa rahasia tampil awet muda yang sangat mudah dilakukan karena hanya lebih kepada merubah perilaku dan sikap Anda dalam kehidupan sehari-hari.
  • Nah, pola makan yang buruk seperti seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang instant merupakan pemicu utama dari masalah diabetes.
  • Nah, untuk menghindari efek negatif yang bisa ditimbulkan karena tidur yang kurang nyenyak atau insomnia, berikut tips agar bisa mendapatkan tidur yang berkualitas.
  • Nah, itulah beberapa informasi seputar keputihan yang dialami saat masa kehamilan.  
  • Nah, bagi Anda yang sering menggunakan produk kosmetik dengan kandungan merkuri, sebaiknya hentikanlah sekarang juga.  
Menurut saya, kata "nah" ini tidak perlu kita tulis, atau setidaknya tidak perlu harus ada dalam setiap artikel yang kita tulis, karena kata ini lebih lazim dipergunakan untuk percakapan, bukan pada tulisan atau artikel. Sekarang kita coba hapus kata "nah" pada contoh di atas untuk memperbaikinya:
  • Nah, Dari begitu banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi perut buncit, olahraga yang teratur merupakan metode yang sangat efektif dan sudah sangat terbukti hasilnya.
  • Nah, Itulah beberapa rahasia tampil awet muda yang sangat mudah dilakukan karena hanya lebih kepada merubah perilaku dan sikap Anda dalam kehidupan sehari-hari.
  • Nah, Pola makan yang buruk seperti seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang instant merupakan pemicu utama dari masalah diabetes.
  • Nah, Untuk menghindari efek negatif yang bisa ditimbulkan karena tidur yang kurang nyenyak atau insomnia, berikut tips agar bisa mendapatkan tidur yang berkualitas.
  • Nah, Itulah beberapa informasi seputar keputihan yang dialami saat masa kehamilan.  
  • Nah, bagi Anda yang sering menggunakan produk kosmetik dengan kandungan merkuri sebaiknya berhenti sekarang juga. 
(Khusus pada contoh terakhir, saya juga mencoret kata "bagi" karena kata ini menimbulkan kalimatnya tidak memiliki subjek yang jelas. Lebih jelasnya, lihat di buku ini: Sintaksis)

Mengapa Kata Ini Selalu Muncul?

Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab mengapa kata ini muncul. Pertama, wajar bila banyak narablog yang menggunakan kata "nah", karena kata ini memang merupakan kata seru untuk menyudahi (menukas, menyimpulkan, dan sebagainya) perkataan atau jalan pikiran. Bila dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakannya, maka kemungkinan besar kata ini juga akan muncul secara otomatis saat kita menulis. Kedua, bisa jadi narablog atau content writer yang menggunakannya terpengaruh oleh gaya penulisan narablog lain tempat dia menimba ilmu membuat tulisan atau artikel. Contohnya, saya belajar menulis dengan membaca-baca tulisan di blog si A yang sering menggunakan kata ini, maka ada kemungkinan secara tanpa sadar saya akan meniru menggunakannya.

Tentu saja tidak ada salah benar dalam penggunaan suatu kata, karena hal itu terkait erat dengan gaya penulisan seseorang. Oleh karena itulah pada judul di atas saya menggunakan kata "Sebaiknya" yang menunjukkan preferensi, bukan "Wajib". Sekian dulu +Tukar Cerita saya, mari bersama-sama belajar menulis, dan saya akan senang sekali jika teman-teman menanggapi tulisan ini pada bagian komentar di bawah.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
2 Komentar
2 Komentar
Komentar

2 Komentar:

  1. lah itu ditulis om.. :3
    banyak banget malah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu contoh saja memang, dari gaya penulis sayang saya pesan. Hehehe.

      Delete

Translate This Page into