Home » » Anak Gelandangan yang Membuktikan bahwa Saya Manusia Serigala

Anak Gelandangan yang Membuktikan bahwa Saya Manusia Serigala

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Sunday, January 12, 2014 | 12:11 AM

Siapakah anak ini?
Saya tidak tahu dari mana asal gambar anak gelandangan di bawah ini. Yang jelas gambar ini dishare di FB oleh seorang teman saya Samsul Itu Samuel barusan hari ini dari sebuah page yang isinya meminta doa bagi anak ini. 

Mencoba menelusurinya di Google image, saya menemukan ada yang memakai gambar itu untuk charity di Cebu, ada yang di UK, dan ada yang memakainya sebagai ilustrasi anak korban perang di Syiria. Penelusuran saya menunjukkan bahwa gambar ini sebenarnya sudah cukup lama beredar. Salah satu hasil pencarian itu menunjukkan bahwa seorang pengguna Twitter dengan id @Bo_aws telah mengunggahnya 29 Desember 2012. Entah apakah ada tanggal lebih tua, saya tak sempat lagi menelusurinya.


Pengakuan Dosa

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah pengakuan dosa ini.

Entah mengapa, melihatnya membuat saya tiba-tiba teringat anak yang sangat mirip dengan ini dan juga bernasib serupa: sekarung botol mineral yang terbungkus di karung yang dia jadikan bantal tidur itu membuat saya ingat Indonesia, kakinya putih menebal yang mulai membengkak dimakan penyakit, dan wajahnya itu, semuanya sama.

Waktu itu saya mendapati dirinya saat saya sedang membeli es campur di kaki lima di sebuah kompleks ruko. Dia tengah meminta ke penjual es tempat saya membeli yang memang juga berjualan makanan itu (saya tak ingat soto ataukah apa). Waktu itu saya sempat menanyakannya ke pedagang es itu, di mana rumah dan orang tuanya. Si penjual es tersebut mengatakan tidak tahu menahu, hanya saja anak itu memang sudah lama tinggal di situ. 

Nampaknya orang-orang sekitar sudah terbiasa dengan penderitaan anak itu. Mereka sangat mungkin sudah berusaha membantunya sebatas mereka bisa. tanpa bisa berbuat apa-apa. 
Anak gelandangan
Diakah anak gelandangan yang kutemui waktu itu?
Melihat kondisi anak itu, saya merasa sangat iba. Tubuh dan wajahnya penuh luka dan penyakit. Nampak di wajahnya (bibir dan mata) ada lebam-lebam. Saya menduga dirinya sering teraniaya karena mencuri makanan. Sama dengan gambar di atas, dia berjalan tanpa alas kaki. Telapak kakinya pun persis seperti itu, tebal memutih entah karena sudah lama tidak pernah memakai alas kaki ataukah mengalami penyakit lain. Apakah anak di gambar itu memang anak yang saya temui dulu?



Sayang sekali, saya tidak berbuat apa-apa. Yang saya lakukan hanyalah mentraktirnya dengan membelikannya makanan yang ada di penjual es itu juga. Bahkan untuk minum dia meminum sisa es saya yang tidak saya habiskan karena pikiran yang campur aduk waktu itu. Sebelum pergi saya memberinya uang dua puluh lima ribu rupiah, padahal dalam dompet saya waktu itu terselip beberapa lembar ratusan ribu. 

Sejak meninggalkannya dari tempat itu, saya telah memahami posisi bahwa saya bukanlah orang baik. Mungkin tak lebih daripada serigala, yaitu manusia yang memangsa manusia lain dengan membiarkan sesamanya menderita dan kelaparan. Pada titik itu saya meyakini bahwa saya sama saja dengan binatang dalam bertahan hidup. Bedanya dengan binatang, hanya saya lebih canggih dalam mempertahankan diri, bekerja, berbohong, nge-blog, pamer di FB, menabung, berjualan, main di internet, berumah tangga, dan sebagainya. Jikapun sempat menyisihkan sesuatu untuk sesama, pasti hanya secuil, dan bisa jadi itu topeng dalam motif mempertahankan diri saya. Saya sedang menderita dilema kebinatangan super canggih. Dan dengan kepahitan saya menerimanya secara sadar bahwa keegoisan rupanya menjadi alat survival paling sempurna bagi manusia seperti saya. 

Rasanya saya tak dapat berkata lebih lagi. Ini adalah sebuah +Tukar Cerita yang memilukan,  mungkin paling tragis daripada cerita-cerita banal sebelumnya. Ini adalah sebuah cerita yang membuktikan bahwa saya adalah manusia serigala.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into