Home » » Potret Keprihatinan Pendidikan di Indonesia

Potret Keprihatinan Pendidikan di Indonesia

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Monday, July 29, 2013 | 1:00 PM

Kumpulan potret keprihatinan Pendidikan di Indonesia. Ini tidaklah menggambarkan keseluruhan pendidikan yang ada di Indonesia, tetapi ini adalah bagian dari pendidikan di negara kita.

Foto: Edi Arham
Sekolah dasar di daerah terpencil di kabupaten Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara. Jumlah guru PNS dua orang, guru honorer dua orang, jumlah siswa 50 orang. Jika langsung membagi jumlah siswa dengan guru akan didapatkan rasio 1 guru 12 murid, tapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu karena salah satu PNS berstatus diperbantukan dari sekolah terdekat, sementara honorer tak bisa hadir setiap saat karena beban ekonomi sebagaimana masyarakat di daerah terpencil. Guru sekolah ini belum pernah merasakan tunjangan terpencil, sementara sekolah-sekolah yang lebih dekat dengan kota kabupaten terakomodir sebagai penenrima tunjangan terpencil. Bangunan merupakan swadaya kepala sekolah, baru dua tahun pindah dari teras rumah penduduk. Sekolah dapat bantuan BOS.

Photo by Reuters/Stringer
Siswa sekolah dasar melintasi sungai saat berangkat menuju sekolah di Desa Nagari Koto Nan Tigo, provinsi Sumatera Barat. Foto diambil oleh Stringer, wartawan Reuters pada 14 November 2012. Penduduk setempat mengatakan, anak dari sekitar 46 keluarga yang tinggal di daerah tersebut setiap hari harus menyeberangi sungai saat berangkat sekolah karena tidak ada jembatan.

REUTERS/Beawiharta
Pelajar bergelayutan pada kawat-kawat besi jembatan rusak di desa Sanghiang Tanjung, Lebak, Banten, 19 Januari 2012. Jembatan yang melintasi sungai Ciberang ini menurut kepala desa Epi Sopian sudah berusia sekitar 11 tahun dan rusak parah akibat diterjang banjir, pelajar terpaksa mengambil risiko melintasi jembatan akses tercepat menuju sekolahnya. Berita pun menyebar di seluruh dunia.

Siswa dengan nyaman menyeberang jembatan
pada 29 November 2012 (REUTERS/Beawiharta)

Berkat bantuan dari PT Krakatau Steel dan sejumlah NGO, jembatan tersebut diperbaiki. Kini siswa dapat menyeberanginya dengan nyaman.

Siswa melintasi kabut asap, Sampit
(foto: REUTERS/Sigit Pamungkas)
Siswa berkendara sepeda melintasi kabut asap yang menyelimuti Sampit, provinsi Kalimantan Tengah pada 28 September 2012.


Orangtua jual ginjal demi tebus ijazah
(Foto: MI/RAMDANI/ANTARA/Reno Esnir/AM)
Seorang bapak menjual ginjalnya di Bundaran HI, Jakarta pada 26 Juni 2013. Bapak tersebut mengatakan menjual ginjal demi menebus ijazah yang ditahan pihak sekolah. Bagaimana pihak sekolah menanggapi? Coba saja cari berita terbarunya di internet.

Jika saya boleh memilih lagi, saya ingin menjadi guru membantu siapa saja yang membutuhkan.  Oleh karena itulah saya membuka pintu rumah saya untuk LES GRATIS bagi siapa saja yang ingin belajar. Saya ingin memulainya dari tempat saya sendiri.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into