Home » , , » Penghalang Pintu Masuk Surga (Terjemahan Buku Langgar Catatan #6)

Penghalang Pintu Masuk Surga (Terjemahan Buku Langgar Catatan #6)

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Wednesday, April 10, 2013 | 9:27 AM

Lama tidak berkunjung ke grup Pelajar Kawruh Jiwa. Ketika saya jenguk, ternyata Ki Ragil Lanang sudah merampungkan terjemahan Buku Langgar-nya. Memang sebenarnya beliau yang punya inisiatif terlebih dahulu men-digital-kan buku ini ketika meminta kiriman pada Ki Wit. Saya belakangan mendapatkan buku ini dari Ki Imam Sarjono dan ikut-ikutan mencoba menerjemahkan karena rasa-sama dengan Ki Ragil Lanang. Oleh karena itu, terjemahan selanjutnya saya hampir seluruhnya menyandarkan pada terjemahan beliau. Bilapun saya ubah, saya hanya mencoba mencari padanan kata yang lebih lebih pas menurut diri saya sendiri.

SURAT SINGKAT untuk JAYENGREJA dan MUKIMAN

Malaikat yang menjaga pintu surga,
yang menghalang-halangi manusia masuk surga,
itu namanya Batari Iri dan Batara Jumawa.
yang menyebabkan orang tidak bisa se-nyaman-nya,
hingga bertingkah jungkir-balik tidak karuan.

Kedengkian dan kesombongan
Batari Iri dan Batara Jumawa
Perkataan dua malaikat itu adalah sebagai berikut:
ayo mencari uang yang berlimpah, mencari ilmu sebanyak-banyaknya,
jangan sampai hina seperti Si A, jadilah cerdas-tersohor seperti Si B,
Jika tidak begitu, ke mana harus kutaruh muka ini,
Pasti diejek oleh Si X, jadi tidak bisa mengejek Si Z,
jelas harus bersungguh-sungguh bertapa agar bisa tanpa tanding layaknya Si C,
jangan sampai ada orang yang mengungguli,
siapa yang mengejek dan tidak menghormatiku pasti kusantet.

Yang membuat semua merasa malu-gengsi dan susah adalah dua malaikat tadi,
lalu manusia menjadi tidak terima akan kejadian-kejadian yang telah lalu serta yang belum terjadi

Adapun hidup-mati kedua malaikat itu
ditentukan anak panah Kyai Samarasa.
Manusia itu sama persis, tidak ada bedanya.

Jika melihat kedua malaikat itu sudah mati,
manusia lalu pasti masuk surga tenteram.
Tidak hangus karena api, tidak basah karena air,
tidak terluka oleh senjata,
jika diejek oleh manusia dengan dihinakan
atau dipercaya karena mampu mendapat kepercayaan orang.
Jawaban Kyai Samarasa,
"manusia itu sama adanya, tiada berbeda."
Di surga itu setiap kali bertemu manusia hanya ber-kokok (berkoar-koar di depan) atau
ber-kikik (mengkritik di belakang), saking miripnya.

Ki Ageng Suryamentaram bersama Presiden Sukarno
Manusia itu sama saja, yang kluruk maupun yang klirik tiada berbeda
Karena ini hanyalah tulisan, saya tidak bisa menjelaskan dengan mendalam, oleh sebab itu hanya dengan pernyataan, bahwa apa yang mengganggu manusia adalah dua malaikat itu.

Jika kamu tengah mengawasi, perhatikan,
lalu lepaskan anak panah Kyai Samarasa tadi,
jika bidikan tepat, selang lima hari pasti sudah jelas terpampang.

Kedua malaikat itu memiliki dua anak,
Batara Ngongsa (Tamak) dan Batari Kipa-Kipa (menolak mentah-mentah).
Lalu bercucu Wirang (malu-gengsi) dan Muring (marah-marah),
Cicit mereka adalah Nglalu (apatis kehabisan akal) dan Matak Aji (menyakiti dengan kata maupun mantra).

Oleh karena itu, manusia,
senantiasa terjerat perangkap keturunan kedua malaikat tadi.

sahabatmu yang setia dan sayang,
wg suryamentaram

Sumber: KITIR nyang JAYENGREJA sarta MUKIMAN

Malaikat jing jaga lawang suwarga,
Jing ngalang-ngalangi wong munggang suwarga,
Iku jenenge Batara Meri lan Batara Pambegan
Jing marakake wong ora bisa sakepenake,
Banjur jengkelitan ora karuwan.

Pangucape malaikat loro mau mangkene:
Ayo golek dhuwit jing akeh, golek kapinteran jing akeh.
Aja nganti krepo kaya si anu kae, bisa-a kempling kaya si kae.
Nek ora mangkono gek raiku tak selehke ngendi,
Mesti diece si kae, dadi ora bisa ngece si anu.

Hayo mesti banter tapa kareben bisa patohan kaya kae,
Aja nganti ana wong ngungkuli,
Sapa jing moyoki lan ra ngajeni nyang aku mesti tak santet

Jing marakake sakabehe wiring lan kasusahan iku mung malaikat loro mau,
Dadi manungsa banjur nampik lalakon kang wis sarta kang durung

Dene pati uripe sakarone mau
Nek dipanah nganggo Kyai Samarasa
Manungsa iku pada pleg, ora ana gesehe.

Yen malaikat loro mau wis mati,
Manungsa banjur mesti lumebu suwarga tentrem.

Ora gosong dening geni, ora teles dening banyu,
Ora tatu dening gegaman,
Yen diece dening wong utawa
Dipercaya sarana ngasorake utawa percayaning ati liyan
Wangsulane Kyai Samarasa
Wong iku pada bae, ora bisa beda.
Ana ing suwarga kono saben kepethuk manungsa mung kluruk utawa klirik
Awit saking padane.

Sarehning tulisan, aku ora bisa nerangake kanti ati, mula munge pratelan,
Nek reriduning wong iku malaikat loro mau.

Nek kowe momong, ulatna,
Banjur lepasana panah Kyai Samarasa mau,
Yen patitis, let sepasar wae mesti wis bembreng.

Malaikat loro mau duwe anak loro,
Batara Ngangsa dan Batara Kipa-Kipa,
Banjur peputu Wirang lan Muring
Buyute Ngalu lan Matak Aji.

Mulane manungsa iku,
Mung tansah kagubet ing jarring anak putune malaikat loro mau.

Mitramu kang tuhu tresna,
wg suryamentaram
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into