Home » » Metode Identifikasi "Reribet" Gaya Filosofi Bunyi Gamelan Dan KJ KAS

Metode Identifikasi "Reribet" Gaya Filosofi Bunyi Gamelan Dan KJ KAS

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Sunday, November 18, 2012 | 3:24 PM

HNENG HNING HNUNG HNANG adalah sebuah metode pra-penyelesaian masalah (reribet) yang hanya bersifat prinsipil saja, sementara detail-nya dari identifikasi hingga penyelesaiannya menjadi domain KJ KAS.

HNENG HNING HNUNG HNANG adalah dasar bunyi-bunyian gamelan yang filosofisnya memberi petunjuk pada orang yang sedang galau, lagi nandang reribet, langkah-langkah awal yang bisa diambil dari pengidentifikasian masalah hingga penyelesaiannya. HNENG yang merupakan singkatan dari "meneng" yang artinya diam adalah langkah awal yang direkomendasikan. Kalau sedang galau sebaiknya diam dulu hingga hati dan pikiran WENING (hning), jernih. Jika hati dan pikiran sudah jernih maka akan lebih mudah mengidentifikasi dan menempatkan permasalahan secara proporsional, NDUNUNGAKE (HNUNG). Setelah permasalahan teridentifikasi dan diselesaikan sebagaimana mestinya, itulah KEMENANGAN (HNANG)

Reribet manusia
Reribed manusia dengan segala ekspresinya.
Identifikasi dan penyelesaian masalah metode KJ KAS bisa sederhana (sepele) bisa saja bertele-tele tergantung gaya masing-masing konselor, di sini seseorang bisa menjadi konselor bagi dirinya sendiri atau sharing bareng-bareng (konseling group/jonggringan).

Ada dua ide pokok yang diungkap KAS yang dianggap sebagai BIANG-nya (sumber) PERMASALAHAN  (reribet) semua orang, yaitu:
  1. pendapat (pemanggih leres) bahwa naluri dasar manusia adalah TOLERAN (tidak sewenang-wenang), dan
  2. pendapat (pemanggih leres) bahwa pengetahuan-pengetahuan (catetan-catetan raos) yang umumnya belum mencapai hakekat adalah KEBENARAN MUTLAK.
Timbulnya suatu permasalahan selalu diawali dengan interaksi (lelawanan/pethukan/intensionalitas) baik dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Kita sering melihat orang melamun dengan mencucurkan air mata. Inilah contoh lelawanan dengan dirinya sendiri, dengan rekaman reribet masa lalunya dan rekaman itu menjadi reribetnya kemudian.

JADI, RERIBET adalah KETIDAKSEPAHAMAN DALAM BERINTERAKSI (PASULAYAN) YANG SUMBERNYA BISA DARI ATAU PENGINGKARAN NALURI DASAR YANG SEWENANG-WENANG.

JADI, RERIBET ADALAH PASULAYAN DALAM BERINTERAKSI YANG SUMBERNYA BISA DARI PEMANGGIH LERES ATAU DARI NALURI DASAR MANUSIA YANG SEWENANG-WENANG.

Sebelum mengidentifikasi reribet seseorang harus bisa merasakan rasanya yang sewenang-wenang dulu, atau kalau reribetnya masalah beda pendapat/pasulayan seseorang harus merasakan rasa pemanggih leres-nya/rasa benar sendiri-nya sebagai penyebab pasulayan. Kalau syarat tersebut tidak terpenuhi, reribet tidak akan terselesaikan sebagaimana mestinya meski sumber reribet sudah teridentifikasi.

Jika reribet itu teridentifikasi sebagai kelompok pasulayan/selisih paham maka bisa diteliti sampai induk permasalahan atau ide pokok (mayor premise). Misalnya orang ribet masalah malaikat, yang satu meyakinkan malaikat itu ada dan mempengaruhi orang lain supaya ikut mengakui keberadaannya sementara yang dipengaruhi tetap tidak percaya sebelum melihat sendiri. Sampai matipun kalau hanya sekedar percaya atau tidak percaya reribet itu tidak akan kunjung selesai.

Identifikasi biasa dimulai dengan menjawah pertanyaan yang diribetkan dengan kata tanya apa, mengapa, bagaimana. Dari contoh di atas pertanyaannya malaikat itu apa (definisi)? Mengapa diribetkan? Bagaimana semestinya? Misalnya disimpulkan definisi malaikat itu makhluk ciptaan Tuhan yang tinggal di sorga dan diribetkan tentang eksistensinya. Dari definisi tersebut itu masuk kelompok catatan agama yang bingkainya adalah IMAN yang definisinya adalah PERCAYA PADA SESUATU YG TIDAK BISA DIDETEKSI OLEH PANCA INDRA BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG (PAKAI ALAT); DAN ATAU PERCAYA PADA SUATU PERISTIWA YANG BELUM TERJADI.

Juwari Saja: loh kok dados "ontang anting" pundi derek lintune....?!

Kondang Sarwoedi:

Jadi kalau ide dasarnya iman tentu saja tdk mungkin bisa dibuktikan . Lalu di mana titik temunya?

Sebenarnya kalau mengakui pengertian sebagaimana didefinisikan diatas "pasulayan ends", selesai, tapi kenyataannya tdk demikian. Ada faktor "x" yang diungkap KAS yang hingga saat ini masih menjadi masalah yang mengerikan bagi umat manusia diseluruh dunia khususnya di Indonesia.

CATATAN KAWRUH yang dinamai PAMANGGIH LERES (KLAIM KEBENARAN) itu ternyata hidup dan butuh makan, makanannya adalah dukungan/pengikut dan nalurinya adalah menyerang segala bentuk argumen yang menentang.

Agama (dan ideologi) itulah sang monster. Praktek-praktek inkuisisi (pemaksaan untuk menjadi pengikut atau dibunuh) tidak pernah berhenti dan untuk contoh ini KAS mengungkap raos sami untuk segala macam "pamanggih leres" adalah pada RASA SEWENANG-WENANG-NYA.

JADI SETIAP PERSELISIHAN YANG MENIMBULKAN RERIBET TIDAK AKAN PERNAH TERSELESAIKAN DENGAN TUNTAS SEBELUM MASING-MASING MENGAKUI DAN MEMAAFKAN KESEWENANG-WENANGAN-NYA.

Harun Pongtengko: walah.... makin ribet wae...

Demikianlah tulisan Ki Kondang Sarwoedi (10 November 2012)

Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into