Home » , , , » Menyongsong Kebangkitan Nasional Kedua

Menyongsong Kebangkitan Nasional Kedua

Diceritakan oleh Gugun Arief pada Wednesday, May 24, 2017 | 8:24 AM

Adakah yang merasakan seperti yang saya rasakan? Dalam kurun 10an tahun ini terjadi fenomena mekarnya daya cipta dan karya orang-orang Indonesia. Karya-karya kreatif, penemuan-penemuan ilmiah, kiprah-kiprah kebudayaan dari bangsa Indonesia memancar ke seluruh dunia.

Dimulai dari film-film Indonesia: Opera Jawa, The Raid, Prenjak, Pintu Terlarang, Rumah Dara dll yang berjaya di amatan para pemerhati sinema dunia, musik-musik di luar major label dengan mutu yang "mendobrak": Mocca, Payung Teduh, Stars & Rabbit dll. Di dunia seni visual, tenaga-tenaga ilustrator dan animator Indonesia sudah diakui dunia (beberapa adalah FB friends saya loh hehehe). Dunia sains belum terdengar kabar yang dahsyat tapi setidaknya ada harapan ketika ilmuwan Indonesia Dr. Taruna Ikrar, diajukan oleh University of California sebagai nominator Nobel (ingat: belum nominator, baru didaftarkan). Tapi itu sudah menggembirakan karena pengakuan datangnya dari luar.

Saya merasakan semua kebangkitan itu mulai memuncak akhir-akhir ini terutama setelah tahu ada remaja semacam Afi Nihaya yang berani kritis terhadap pemikiran kolot. Ini adalah hal tak biasa untuk bangsa Indonesia. Kalau anda sadar, Indonesia itu dari dulu punya kebanggaan atau nasionalisme lebay. Amati aja, betapa gampang kena provokasi kalo budayanya diklaim negara tertangga. Anda mampir youtube kalo ada keindonesiaan yang ditampilin bule bakal rame tuh komennya.
Saya bersama Bapak Menteri Kominfo memberi pidato peringatan Harkitnas ke-21 di panggung car free day dekat Bundaran HI.
Afi Nihaya Faradisa bersama Menteri Kominfo memberi pidato peringatan Harkitnas ke-21
di panggung car free day dekat Bundaran HI. (foto: FB Afi Nihaya Faradisa)
Kalau anda semerinding saya menyadari fenomena ini, mungkin inilah saatnya memulai kebangkitan nasional kedua. Pas momen harinya.

Tentu harapan ini bukannya tanpa aral. Segelintir manusia gegar ingatan sejarah dan nirnalar mulai mengorganisir diri, menunjukkan koar mereka di amatan publik. Jadi ini seakan dua kutub saling berlomba.

Di satu sisi ada sekelompok (yang tidak terlalu kecil juga) hendak berlari, melompat, meraih kejayaan bangsa dengan keahlian masing-masing sementara di lain pihak ada pula kelompok lain (yang nggak besar-besar amat) berusaha untuk membawa bangsa ini ndlosor. Dua kutub ini saling berlomba mana yang akan jaya.

Kebangkitan kita kayaknya nggak sesulit dan seberat usaha para biarawan mencetak buku untuk mengajari bangsa Eropa menuju renaisans. Kita udah menguasai medsos (bikinan orang kafir ngiahahah). Kita bisa gunakan itu sebagai media menyebarkan gagasan dan ide.

Kenapa nggak mulai dari sekarang? Jadi mulailah investasi kebangkitan nasional kedua. Supaya manusia Indonesia cita-citanya nggak cekak. Apa nggak malu ama satelit? bangsa Barat mikirin energi hijau, kita masih mikirin penistaan ayat.

Caranya berikan sumbangsih lewat keahlian anda masing-masing. Be passionated on your field and share the benefit to the world. Sori, iki ra popo yo ngomong nasionalisme nganggo boso kolonial?

Iki wis wancine, guys.

Bangkit sekarang atau mati ndlosor ditertawakan oleh peradaban. Save NKRI mah terlalu kecilllll. raih yang lebih tinggi!

#KEBANGKITANNASIONALKEDUA

Suarakan gagasanmu untuk itu.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into