Home » , , , » Tanggapan untuk Tiga Dosa Kasus Ibu yang Warung Nasinya Dirazia Satpol PP

Tanggapan untuk Tiga Dosa Kasus Ibu yang Warung Nasinya Dirazia Satpol PP

Diceritakan oleh Gugun Arief pada Sunday, June 12, 2016 | 7:20 AM

Soal ibu warung makan yang dirazia satpol PP yang kemudian malah dapat bantuan donasi dari netizen.

Dah, lama saya gak komen soal agama n politik. Yah...sambil ngurangin pahala puasa saya akan ikutan komen (yang gak penting-penting banget). Ngimbangin status galau saya juga lah ....

Saya tak akan menyederhanakan persoalan ini hanya kepada kutub benar dan salah, pahala dan dosa. Karena kedua kutub itu bukan domain saya. Saya pribadi percaya, dalam urusan iman: apapun yang tidak dijalani dari hati hanya akan menimbulkan kemunafikan terhadap sesama manusia.

Saya juga percaya bahwa urusan hidup tidak sesederhana untung rugi, dosa dan nggak dosa. Banyak elemen dan faktor yang mempengaruhi sebuah tindakan dan reaksi atas tindakan. Saya tak mau "ujug-ujug" membenarkan ibu yang buka warung siang hari juga tak menyalahkannya. Karena benar dari sisi mana dulu dan salah dari sisi mana dulu?

Ibu yang Warung Nasinya Dirazia Satpol PP
Ibu yang Warung Nasinya Dirazia Satpol PP
Dan mulut saya yang bawel ini cuma mau komen 3 point dari sebuah status yang di-share beberapa rekan "pro tutup warung siang hari selama Ramadhan".... Status yang mana cari sendiri yakkk :)

Gini 3 point itu...

10. Orang yg secara sengaja meninggalkan perintah agama itu pasti dosa. Lalu bagaimana dengan orang yg tolong menolong dan menfasilitasi dosa itu?? Silahkan dijawab sendiri

Tanggapan saya: "Bagaimana Om yakin bahwa yang makan di warung sang ibu adalah pendosa? Sehingga sang ibu langsung dicap sebagai membantu pendosa. Siapakah yang berhak melabeli dosa?"

15. Terakhir Yg namanya ibadah itu memang harus dipaksa. Coba saja jika semua kantor tutup di jam sholat, siaran tv dan internet diputus misalnya😃😃. Maka orang akan lebih "mau" menjalankan sholat. Sama juga dengan puasa. Jika semua warung sepakat tutup. Maka si bapak2 penipu istri itu mau ga mau pasti puasa. Wong cari makan di jalan susah...

Tanggapan saya: "Jika ibadah memang harus dipaksa, maka agama hanyalah bentuk kemunafikan yang direstui Tuhan. Apakah Tuhan yang menciptakan semesta ini rela disembah karena keterpaksaan umat-Nya? Saya saja nggak suka kalo dikasih pemberian nggak ikhlas."

16. Kenapa hanya warung kecil yg di razia sedangkan resto di mall tidak. Maka khusnudzon saja. Siapa tau saking cintanya Allah sama mak mak dibawah ini. Maka Allah langsung menegurnya dengan mengirim satpolPP ke warungnya. Dan membiarkan yg di mall tapi kelak dimintai tanggung jawab dosa di akherat. Naudzubillah.

Tanggapan saya: "Kalau sama resto di mall bisa khusnudzon, mengapa sama orang kecil tidak?"

So...para hadirin kutbah minggu yang dirahmati Allah...

Ya. Dari segi hukum (peraturan daerah yang mustinya dikaji dulu sebelumnya, karena juga sudah dilaksanakan tahun sebelumnya), ibu warung itu memang bersalah. Dari segi hukum! Artinya kalau kita mendukung ibu itu, maka bisa disebut melawan hukum. Bener nggak? Secara logika nih.

Tapi bagaimana dari segi nurani? Apakah kita sudah langsung men-judge bahwa ibu ini hanyalah membantu dosa orang-orang Islam yang kita tuduh KTP dan melanggar agama?

Bagaimana kita bisa menge-cap seseorang berdosa atau tidak berdosa?

Yang musti dihormati paling banyak tu yang ibadah ato yang nggak ibadah?

I don't know guys....kupikir ibadah tu bukan soal cari hormat je....
Lagian you cannot gain respect by asking for it...it comes if you really deserve it. (duh ini ada haditsnya gak ya...)

Kisah Dosa Seorang Miskin di Bulan Ramadhan

Saya teringat kisah Nabi tentang seorang miskin yang sangat ngejengkelin. Saya copas dari website pro-khilafah nehhh :p

Dari Abi Hurairah ra, bahwa seseorang mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, ”Celaka aku ya Rasulullah.” “Apa yang membuatmu celaka?“ Aku berhubungan seksual dengan isteriku di bulan Ramadhan.” Nabi bertanya, ”Apakah kamu punya uang untuk membebaskan budak? “ “Aku tidak punya.” “Apakah kamu sanggup puasa 2 bulan berturut-turut?” “Tidak.” “Apakah kamu bisa memberi makan 60 orang fakir miskin?“”Tidak.” Kemudian duduk. Lalu dibawakan kepada Nabi sekeranjang kurma maka Nabi berkata, “Ambillah kurma ini untuk kamu sedekahkan.” Orang itu menjawab lagi, “Adakah orang yang lebih miskin dariku? Tidak lagi orang yang lebih membutuhkan di barat atau timur kecuali aku.” Maka Nabi SAW tertawa hingga terlihat giginya lalu bersabda, “Bawalah kurma ini dan beri makan keluargamu.” (HR Bukhari: 1936, Muslim: 1111, Abu Daud 2390, Tirmizy 724, An-Nasai 3115, dan Ibnu Majah 1671).

Pertanyaannya...kenapa Nabi gak langsung aja nge-judge si miskin itu sebagai pendosa? Udah miskin, gak kuat lapar, napsu kegedean pulak....

Thank God...hadits ini masih bisa nyampai kepada kita untuk setidaknya saya bisa menafsirkan bahwa Islam tuh nggak se"ganas" versi kamyuh-kamyuh....
Begitulah...
Sekian khotbah saya...segala yang benar dari Allah, yang salah dari rezim Jokowi (lhohhhh....)
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into