Home » , » Kisah Lain tentang Mahadewa, Kesetiaan Wrinda pada Jalandhara

Kisah Lain tentang Mahadewa, Kesetiaan Wrinda pada Jalandhara

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Saturday, November 15, 2014 | 5:50 PM

Baru saja saya posting foto nyobes dan anak yang berlatar sebuah candi di Blitar. Kitab Desasawarna menyebutnya Lwa Wentar. Ya, kini namanya Sawentar, terletak di Dusun Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

Dalam salah satu komentar posting foto itu, teman saya bilang, "Ada buta kala di sana." Yang dia maksud adalah gambar kala di tiap sisi candi, orang Jawa bilang Kala. India menyebutnya Kirtimukha. Macam-macam versi bentuk dan ceritanya, salah satu ceritanya adalah tentang kesetiaan seorang istri yang bernama Wrinda pada suaminya, yang bernama Jalandhara.

Kala atau kirtimukha di dinding utara Candi Sawentar
Kala atau kirtimukha di dinding utara Candi Sawentar

Kesetiaan Wrinda dan Jalandhara

Ini adalah kisah asal-mula tulsi, tanaman dikenal sebagai obat. Kisah ini dimulai dari Indra, Sang Penguasa Surga. Indra adalah raja para dewa. Namun dia menyadari orang tak lagi memandangnya sebagai Dewa utama. Ini membuatnya sangat gundah. Dia tahu bahwa kini orang menganut Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa sebagai sesembahannya. Indra tahu bahwa dia tidak dapat memprotes kedudukan Dewa Brahma dan Wisnu karena mereka adalah Dewa Penciptaan dan Dewa Pelestari. Namun, Indra tidak bisa mengerti mengapa manusia menyukai Dewa Siwa padahal dia adalah Dewa Pemusnah.

Pikir Indra, "Aku akan menemuinya dan akan membuktikan pada dunia bahwa aku lebih baik daripada Dewa Pemusnah, maka manusia akan menyembahku juga."

Namun, Indra telah salah mengerti. Dewa Siwa adalah Dewa Pemusnah. Dialah yang menghancurkan segala hal yang jahat di dunia, dialah penghancur ego, gerak hati yang tak terkendali dalam setiap diri kita.

Indra langsuh pergi ke Kailash bermaksud menemui Dewa Siwa. Namun Dewa Siwa dengan mempergunakan kekuatan meditasinya telah mengetahui bahwa Indra datang untuk menemuinya. Maka Dewa Siwa malih rupa menjadi Gana, pelayannya, dan berdiri di luar pintu sebagai penjaga gerbang menanti kedatangan Indra.

"Biarkan aku masuk, hai penjaga," sergah Indra meremehkan si penjaga tanpa menyadari siapa dia sesungguhnya. "Aku ingin bicara pada Dewa Siwa untuk menuntaskan masalah ini."

Si penjaga memandang Indra dengan geli, "Masalah apa yang ingin engkau selesaikan, Dewa Indra?'

Dengan angkuh Indra menatap si penjaga, "Aku ingin membuktikan bahwa aku jauh lebih kuat daripada Dewa Siwa," ucapnya sambil mengacungkan Bajranya menunjukkan kemarahannya.

Si penjaga semakin nampak geli rautnya, "Aku ditugaskan menjaga Dewa Siwa. Mengapa tidak kau coba tunjukkan kekuatanmu padaku terlebih dahulu? Jika kau menang, kau bisa menemui Dewa Siwa."

Indra meradang. Tak ada yang bisa mengelak saat orang menantang secara terbuka. Karena itu dia menerima tantangan si penjaga.

Indra dan si penjaga bertarung. Si penjaga begitu lihai. Indra melihatnya kian murka. Pada akhirnya penjaga itu berhasil membuatnya jatuh terjengkal. Ketika dia akan bangun kembali, ia teringat sesuatu. Tak ada orang biasa yang bisa membuatnya jatuh. Penjaga ini....  Dengan penuh ketakutan, barulah Indra sadar bahwa si penjaga ini tiada lain adalah Dewa Siwa tersendiri. Si penjaga itu memandangnya dengan tajam ketika dia mulai bangkit. Dirasanya tubuhnya lunglai sedang sebaliknya lawannya nampak segar bugar seperti belum bertarung saja. Ia menyadari bahwa dia takkan dapat menandingi kekuatan semacam itu. Maka kemudian perlahan dia mendekat ke penjaga itu, dan berlutut di depannya, "Mahadewa Siwa! Ampuni saya! Aku tak menyadari begitu hebatnya kekuatan paduka. Paduka telah menghancurkan harga saya."

Si penjaga memandangnya dengan penuh rasa marah untuk beberapa saat, kemudian memejamkan matanya. Indra tahu si penjaga berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan amarahnya. Sejenak kemudian dia lihat sesosok bayangan keluar dari tubuh penjaga itu, merah membara. Setelah sosok mengerikan itu keluar, tubuh penjaga itu berubah normal kembali menjadi Dewa Siwa. Indra terpesona memandang wajah agung Dewa Siwa dan sekali lagi menjura hormat padanya, "Ampuni saya, Mahadewa!"

Dewa Siwa tersenyum, "Indra! Kamu telah membuatku amat murka hingga kuputuskan untuk membakarmu jadi abu dengan mata ketigaku...." Indra menggigil ngeri menyadari betapa dekat dirinya dengan kematian.

"...Tapi ketika kau berlutut di depanku memohon ampunan, aku tak dapat terus menahan rasa dendam terhadapmu ini," Dewa Siwa menggelengkan kepala, "Tapi lain halnya dengan amarahku."

Indra memandang Siwa dan bertanya merasa takjub, "Apa yang tadi sesungguhnya keluar dari tubuh Paduka?"

Dewa Siwa memandang Indra ingin tahu apakah dia akan memahaminya, "Itu tadi adalah penjelmaan amarahku .... Karena aku tidak mau melampiaskannya terhadapmu, amarahku tertarik melesat keluar dariku .... Sekarang dia ada di dalam samudra ...."

Sekali lagi Dewa Indra memohon ampunan dan kembali ke istananya sebagai sosok yang lebih bijaksana. Namun, itu baru permulaan masalah yang dialaminya.

Dewa Siwa, menjadi seorang mahadewa yang sakti, potensi amarahnya begitu dahsyat.  Saat disimpan di dalam ombak samudera, amarahnya tersebut berubah menjadi sesosok bayi! Bayi itu menangis menjerit-jerit .... Dewa Brahma, Dewa Pencipta, mendengar tangis bayi itu, mendatanginya. Dia memungut bayi itu dan menimangnya. Sang bayi yang ia temukan itu ternyata sangat berat.

Ketika Dewa Brahma menggendong bayi itu,sekonyong-konyong tangan si bayi menarik jenggotnya. Tarikannya begitu kuat, sehingga membuat Dewa Brahma menangis kesakitan! Sambil mengusap air matanya, Dewa Brahma memandang sang bayi, kemudian berkata, "Kau kuat sekali .... Kau telah membuat "jala" (air) di mataku dengan kekuatanmu. Untuk itu, aku akan menamaimu Jalandhara (si pembawa air).

Saat Jalandhara tumbuh dewasa, dia semakin bangga akan kekuatannya. Dia menyadari bahwa dia dapat mengalahkan siapapun dengan kekuatannya. Para Dewa berharap Jalandhara akan bergabung dengan mereka dan bisa memanfaatkan kekuatannya. Namun, Jalandhara punya pikiran lain, dia ingin menjadi pemimpin para Ashura!

Saat masuk usia matang, Jalandhara pergi ke seorang Ashura yang sangat sakti yang bernama Kalanemi. Kalanemi adalah paman dari Rahwana (musuh Rama, tokoh utama Ramayana). Kalanemi mempunyai seorang anak perempuan bernama Wrinda. Wrinda sangat pintar, dan dia adalah seorang penyembah Dewa Wisnu yang saat taat

Terkesan dengan kekuatan Jalandhara, Wrinda setuju menikahi Jalandhara. Mereka menikah beberapa hari kemudian.

Karena ketaatannya pada Dewa Wisnu, Wrinda memiliki kekuata yogi yang begitu kuat. Wrinda mencintai suaminya sepenuh hati. Dan karena dialah, kini Jalandhara suaminya menjadi sakti dan tak terkalahkan.

Shukracharya, Guru para Ashura, menyadari betapa saktinya Jalandhara setelah menikah dengan Wrinda. Akhirnya dia memutuskan untuk mengangkat Jalandhara sebagai raja para Ashura. Para Ashura juga bersedia menjadi pengikut sang Jalandhara yang sakti. Tak lama kemudian, Jalandhara menguasai dunia. Seluruh raja di dunia telah dikalahkan oleh kekuatan Jalandhara.

Selanjutnya Jalandhara mengincar kerajaan Indra. Di kahyangan, Indra dan para dewa lain sama sekali tidak menyadari rencana Jalandhara. Jalandhara menyerang para dewa di kahyangan secara mendadak. Para dewa tak dapat melindungi diri mereka, dan akhirnya takluk.

Para dewa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan Vajra, senjata andalah Indra,sama sekali tak dapat menyentuh Jalandhara. Para dewa kemudian pergi menemui Dewa Brahma. Dewa Brahma kemudian menceritakan lahirnya Jalandhara, dan akhirnya mengungkapkan, "Jalandhara lahir dari amarah Dewa Siwa, maka dia hanya dapat dikalahkan oleh Dewa Siwa."

Indra berkata, "Jika kami pergi dan memohon kepada Dewa Siwa untuk menemui dan berbicara pada Jalandhara, apakah akan bersedia?"

Dewa Brahma nampak ragu, tapi kemudian menganggukkan kepala, "Kita harus memohon bantuannya, tapi Jalandhara sudah menjadi begitu jumawa, aku sangsi apakah Dewa Siwa bisa meluluhkan hatinya."

Menyetujui permohonan para dewa, Dewa Siwa pergi menemui Jalandhara. Namun, Jalandhara begitu congkak sampai-sampai dia menghina Dewa Siwa secara terbuka!

Jalandhara berteriak pada Dewa Siwa, "Engkau mengklaim dirimu seorang pertapa. Beraninya dirimu? Jika engkau benar-benar pertapa, mengapa kau memerlukan seorang istri. Usir Dewi Parwati. Tidak mungkin dirimu memerlukan seorang istri dan mengklaim sebagai yogi pada saat yang sama!"

Dengan susah payah, Dewa Siwa menahan amarahnya dan berbicara baik-baik pada Jalandhara. Namun, Jalandhara menjadi semakin angkuh dan menolak tawaran damai Dewa Siwa.

Dewa Siwa kembali ke Kailasa dan menceritakan seluruhnya pada para dewa. Dewa Siwa berkata, "Aku rasa kita perlu memusnahkan Jalandhara. Dia menjadi jumawa. Aku akan memimpin pertempuran ini." 

Para dewa bersorak girang. Jika Dewa Siwa sendiri yang memimpin pertempuran, mereka yakin akan menang.

Tetapi pada keesokan harinya, Dewa Siwa menyadari bahwa Jalandhara begitu sakti, tidak hanya kekuatan fisik yang dahsyat yang ia punyai, tetapi dia juga kekuatan sihir. Jalandhara menggunakan seluruh kekuatannya untuk menjebak Dewa Siwa, pasukan pengikutnya, dan para dewa. Tidak siap menghadapi serangan tersebut, Dewa Siwa dan yang lainnya terkejut saat mereka terjebak dalam sihir Jalandhara.

Melihat Dewa Siwa dan yang lainnya terjebak dalam kekuatan sihirnya, Jalandhara pergi ke Kailasa. Di sana dia bertemu Dewi parwati. Jalandhara tersenyum licik dan menggunakan kekuatannya untuk berubah wujud menjadi Dewa Siwa. Menyamar sebagai Dewa Siwa, Jalandhara menemu Dewi parwati, "Parwati! Aku telah kembali dan memenangkan pertarunganku melawan Jalandhara."

Dewi Parwati memandang sosok di hadapannya dan mengernyitkan dahinya. Dia merasa ada sesuatu yang salah. Dia memejamkan matanya, dan menggunakan kekuatannya untuk mengetahui siapa sesungguhnya yang ada di hadapannya.

Saat Parwati membuka matanya, dia begitu murka, "Jalandhara! Berani-beraninya kau datang ke sini dalam bentuk suamiku!" Parwati bergegas mengambil pedang dan mengarahkannya pada Jalandhara.

Jalandhara tahu Dewi Parwati merupakan petarung yang tanggung, setangguh suaminya. Dirinya sendiri sudah lemah karena kekuatan sihir dan fisiknya telah ia gunakan saat menghadapi Dewa Siwa. Dia sadar tak bisa menghadapi Dewi Parwati saat ini. Jalandhara pun memutuskan kabur dari tempat itu ....

Dewi Parwati tengah duduk menahan geram saat Dewa Wisnu datang, "Parwati, apa yang terjadi?"

Dewi Parwati menceritakan seluruh kejadian pada Dewa Wisnu, "Mengapa Jalandhara menjadi begitu kuat?

Dewa Wisnu berkata, "Jalandhara sendiri memang sudah kuat. Kemudian dia menikahi Wrinda, seorang penyembahku yang taat. Setiap kali Jalandhara pergi berperang, dia memanjatkan puja memohon padaku. Dia mendapatkan banyak kekuatan dari pujanya. Karena dialah Jalandhara menjadi tak terkalahkan."

Dewi Parwati memandang Dewa Wisnu yang balik memandangnya dengan mata khawatir. Dewa Wisnu tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi, dapatkah dia melakukannya pada penyembahnya sendiri? Dewa Wisnu keluar dari sana dan kembali ke Wikunta dengan sedih hati. Dia tahu dia tak punya pilihan lain.

Keesokan harinya, saat tahu suaminya akan mulai bertempur dengan Dewa Siwa, Wrinda mulai melakukan puja-puji memohon keselamatannya. Saat terpekur dalam meditasinya, daia melihat seseorang memasuki ruangannya. Dia membuka matanya, dan menemukan suaminya di hadapannya. Dia mengerjab-kerjabkan matanya ketika Jalandhara mendekatinya dan berkata dengan bangga, "Aku telah menyelesaikannya. Aku telah mengalahkan Dewa Siwa. Sekarang tak ada lagi yang dapat menandingi kekuatanku." Saat dengan bangganya Jalandhara berkata demikian, Wrinda memuji syukur pada Dewa Wisnu. Dia berhenti dari pujanya untuk menyiapkan perayaan kemenangan suaminya.

Pada detik itulah di medan perang sana Dewa Siwa menusuk Jalandhara persis di dadanya dengan trisulanya. Tanpa puja istrinya yang melindunginya, senjata itu menghujam ke dalam tubuhnya, membunuh Jalandhara seketika. 

Kembali di kediaman Jalandhara, Wrinda merasakan ada sesuatu yang ganjil saat dia memandang suaminya. Ia merasa sesuatu yang buruk telah terjadi pada suaminya, tapi suaminya berdiri di depannya. Bagaimana mungkin?

Dia memandang penuh selidik pada Jalandhara yang ada di depannya dan kemudian berkata, " Siapa Anda sesungguhnya? Anda bukan suamiku. Di mana suamiku sekarang?" Wrinda memandang ke sekililing istana dengan mata bercucuran, "Aku telah menghentikan pujaku. Suamiku. Apa yang terjadi padanya?"

Jalandhara menghilang dari hadapannya, dan berganti dengan sosok DewaWisnu. Dewa Wisnu memandang Wrinda dengan wajah yang muram dan mata kesedihan. Wrinda memandang Dewa Wisnu dan menatapnya tajam, kemudian berbisik, "Apa yang telah kau lakukan? Di mana suamiku?"

Dewa Wisnu berbicara pelan, "Jalandhara sudah mati, Wrinda."

Wrinda meratap ketika Dewa Wisnu melanjutkan, "Suamimu telah menjadi tak terkalahkan karena pujamu. Selama kau memohon keselamatannya, tak kan ada yang bisa mengalahkannya."

Wrinda berteriak pada Dewa Wisnu, "Aku mempercayaimu, dan engkau mengecewakanku. Aku mencintai suamiku dan engkau mengkhianatiku. Engkau berdiri seperti batu, saat suamiku sekarat di medan perang. Karena itu aku mengutukmu ..." Wrinda mengutuk dengan suara penuh kemarahan, "Aku mengutukmu sehingga kau akan terjebak dalam sebuah batu."

Dewa Wisnu menganggukkan kepalanya dengan penuh kesedihan. "Aku menerima kutukanmu. Tapi ingatlah, juga merupakan kewajibanmu untuk mengehentikan suamimu saat dia melakukan kesalahan. Suamimu berperilaku congkak, dan menyakiti orang lain. Dia bahkan meminta Dewa Siwa untuk menyerahkan Dewi Parwati."

Wrinda membelalakkan matanya yang penuh airmata saat Dewa Wisnu melanjutkan, " ... dan tak ada yang bisa mencegahnya, karena pujamu melindunginya."

Wrinda nampak patah hati saat terkulai. Dia menghembuskan nafas terakhirnya. Dewa Wisnu di sampingnya memandang wajah mayat penyembahnya yang paling taat itu.

Asal Mula Tulsi, Tanaman Obat Paling Mujarab Sedunia

Dewa Siwa dan para dewa lain datang dan mendapati Dewa Wisnu duduk bermuram durja di sebelah mayat Wrinda. Dewa Siwa menghampirinya dan berkata, "Tak perlu berduka untuknya. Dia akan bereinkarnasi kembali sebagai Tulsi, salah satu tumbuhan obat paling mujarab di dunia. Tak akan ada pengikutmu yang sempurna tanpa menyembahmu denan daun Tulsi."

Asal Mula Sinta Diculik Rahwana

Karena kutukan Wrinda, konon Dewa Wisnu terperangkap di bebatuan dekat sungai Gomti yang disebut "Saligram." Bebatuan tersebut dianggap suci karena merupakan perlambang Dewa Wisnu. Juga dipercaya bahwa Wrinda juga mengutuk Dewa Wisnu terpisah dari istrinya, dan karena kutukan itulah Rama (penjelmaan Wisnu) akhirnya terpisah dari Dewi Sinta saat ia diculik Rahwana, raja Alengka.

Thanks to SA Krishnan for this great story.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into