Home » » Dongeng Menjelang Tidur: Si Utak Ugel

Dongeng Menjelang Tidur: Si Utak Ugel

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Monday, March 25, 2013 | 9:23 AM

Semasa masih kecil dahulu setiap menjelang tidur, saya selalu didongengi  berbagai macam cerita pendek dalam bahasa Jawa oleh Ibu. Beberapa di antaranya saya masih ingat, nanti akan saya tulis satu persatu. Yang pertama adalah Utak Ugel.

Utak Ugel

Di dusun kecil hidup seseorang namanya Utak Ugel. Ugel hidup luntang-lantung. Suatu waktu ia jalan-jalan ingin mencari buah elo. Di jalan dia disapa temannya.
"Tak Utak Ugel, menyengkelit Kudi tumpul. Mau ke mana?"

Sengkelit Kudhi (Foto: Mas Jatmiko)
"Cari buah lo."
"Aku tahu tempatnya."
"Di mana?"
"Di selatan situ, pohonnya sebesar lembu, buahnya hanya satu."
"Tanggung banget waaah."
"Ada lagi!"
"Di mana?"
"Di utara sana. Pohonnya sebesar jari, buahnya banyak sekali."
"Ya itulah yang kucari."
"Ayo segera dihampiri."
"Ayo."
Dlemek-dlemek keduanya menuju pohon elo.
Orang bawa Kudhi di situs kuno, Jabranti, Kuningan /Foto: DetikNews
"Sudah sana kau yang panjat. Nanti buah yang masak jatuhkan, yang mentah makan saja."
"Baiklah."
Blukkk.. (suara buah dijatuhkan),  kriyuk (suara buah dimakan) clekiiiikk (suara orang cekukan)
"Kenapa Tak?"
"Sereten."
"Ayo kuantar minum."
"Nanti dulu, sebentar lagi."
Blukkk.. (suara buah dijatuhkan),  kriyuk (suara buah dimakan) clekuuuk (suara orang cekukan)
"Kenapa Tak?"
"Sereten."
"Sudahlah turun. Saya antarkan cari minum."
Pluorooott..... Utak Ugel turun.
"Di mana kita cari air?"
"Di timur sana. Ada sungai airnya menggenang."
"Tanggung banget."
"Ooo, iya di barat sana ada samudra. Airnya melimpah bisa mengenyangkan orang sedunia."
"Ya itulah yang kucari."
Mereka segera pergi. Sampai di samudra Utak Ugel langsung minum sebanyak-banyaknya.
Sropooot, glek, glek. Sropooottt, glek glek. (suara menenggak minuman)
Utak Ugel kehilangan kendali. Ia minum tanpa ukuran. Saking banyaknya, perutnya melembung, lalu meletus menggelegar. Duarrr...
Air tak bisa dibendung. Dusunnya pun kebanjiran, penduduk hanyut semuanya.

Hikmah (Lesson Learned) dari Dongeng Uthak-Uthek Ugel

Dongeng sederhana ini mengajari saya banyak hal yang baru bisa saya renungi setelah dewasa, di antaranya:
  • arah angin (utara vs selatan, timur vs barat. Suatu saat sewaktu kecil kita bertanya, "Barat itu mana?')
  • keadaan geografis (saya tumbuh di pedalaman tahu sungai tapi tidak paham laut/samudra. Dongen ini mengisahkan bahwa lautan itu airnya jauh melebihi sungai.)
  • flora dan fauna, kerbau, dan pohon lo (ara) yang kemungkinan mempunyai khasiat sebagai obat tertentu.
  • pilihan yang ada dalam hidup (menjadi besar tapi tak berguna atau kecil banyak manfaat.)
  • kebiasaan menunda, nanti dulu, sebentar lagi, yang bisa mencelakakan diri.
  • kebiasaan berlebihan, pun tidak baik
  • tanpa perhitungan, pun dapat merugikan.
  • hidup menyandang kudi bujel (budi/akal yang tumpul/bodoh) akan menyebabkan mudah untuk ditipu, dibombong (dipuji akan mau melakukan sesuatu), tidak punya perhitungan, hingga menyebabkan celakanya diri sendiri maupun orang di sekitar.
  • rima suatu ungkapan/prosa, wit-e sak kebo, wohe loro. wite sak driji wohe ndadi. Ana kali banyune mili, ana segara, banyune wareg diombe sakdonya.
 Sekian dulu ya dongengnya. Sampai jumpa. Salam sanggar cerita! :)

Sumber: Utak Ugel


Thak Uthak Ugel, nyengkelit Kudi Bujel.
"Nyang di Thak?"
"Golek elo."
"Aku weruh."
"Nek endi?"
Bawor bersenjata Kudhi (Foto: Punakawan Jawa)
"Kidul kono wite sekebo wohe loro."
"Ketanggungan waaah."
"Enek eneh, Thak!"
"Ngendi?"
"Lor kono wite sedriji wohe ndadi."
"Yo kuwi sing tak goleki!"
"Yo wis Yo diparani."
"Yo"
Dlemek-dlemek dha marani wit elo.
"Wis meneka. Mengko sing mateng ceblokno sing mentah panganen."
"Iyo."
Pohon Lo (wikipedia)
Clebuk kriyuk clekiiiikk.
"Giniyo, Thak?"
"Kesereten."
"Yo tak terne ngombe"
"Sik dhiluk engkas."
"Clebuk kriyuk cekuuukk.."
"Giniyo, Thak?"
"Sereten."
"Wis medhuna ayo takterne ngombe."
Pluorooott..... Uthak Uthak Ugel mudhun.
"Nyang ndi lek golek banyu?"
"Etan kono. Ono kali banyune mili."
"Ketanggungan."
"Ooo, iyo kulon kana ana segara. Banyune wareg diombe sak ndonya."
"Yo kuwi sing tak goleki."
"Sropooot, glenggeng. Sropooottt, glenggeng."Utak Utak Ugel ngombe. Saya suwe wetenge gedhe njur mbledhos. Duooorrrr....
Desane banjir, wonge dha kentir.


Keterangan
Utak Ugel: kemungkinan berasal dari utak dan Bugel (otak orang bodoh)
Kudhi : sebangsa golok/caluk orang Jawa, ujungnya tumpul/tidak runcing, bagian tengahnya ada perutnya semacam kapak, dipakai untuk keperluan bertani, lazim dipakai di Banyumas. Bawor atau Bagong memakai kudi sebagai senjatanya.
Sengkelit: menyandang, menyelipkan sesuatu (biasanya senjata) di dekat pinggang.
Bujel: tidak runcing ujungnya, tumpul tanpa pucuk (seperti pensil yang patah ujungnya)
Bombong: dorongan dengan pujian supaya mau melakukan sesuatu
Dlemek-dlemek: suara langkah yang berat, tidak gemerisik. (gambaran langkah orang yang gemuk seperti Bagong)
Kebo: kerbau, identik dengan orang gemuk dan malas
Lo: pohon ara, sering dijadikan simbol juga.

Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into