Home » , » Mengapa Bosan pada Pasangan Sendiri? (Coolidge Effect #1)

Mengapa Bosan pada Pasangan Sendiri? (Coolidge Effect #1)

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Sunday, October 28, 2012 | 4:17 AM

Pertanyaan mengenai kebosanan terhadap pasangan yang terjadi pada orang-orang berkeluarga akhirnya terjawab pagi itu saat saya mengunjungi rumah mertua di Denpasar. Di rumah beliau, saya membaca Bali Post dan tertarik dengan salah satu artikelnya mengenai Coolidge Effect (edisi  tanggal berapa saya lupa).

Presiden dan Ibu Calvin Coolidge
Presiden dan Ibu Calvin Coolidge
Istilah itu berasal dari lelucon tentang Calvin Coolidge, pada waktu menjabat presiden Amerika Serikat. Dikisahkan Calvin Coolidge dan istrinya berkunjung ke sebuah peternakan. Saat terpisah dengan Calvin, Ibu Presiden mengamati seekor ayam jantan yang terlihat sangat sering mengawini ayam betina. Ibu Presiden bertanya ke peternak, "Seberapa sering itu terjadi?" Dengan bangga si peternak menjawab "Sepanjang hari dan setiap hari."  Ibu Presiden berkata, "Kalau datang nanti, ceritakan hal ini pada Bapak."
Sesuai pesan Ibu presiden, ketika akhirnya Calvin datang, si peternak menceritakan masalah itu. Presiden bertanya, "Selalu dengan ayam yang sama?" Jawab si peternak, "Oh, tidak, Bapak. Selalu dengan ayam betina yang berbeda." Presiden lalu berkata, "Kalau begitu, ceritakan hal ini pada Ibu."

Akhirnya saya browsing di internet dan saya temukan artikel menarik tentang Coolidge Effect di blog psikologi Panah Beracun Si Cupid yang  saya terjemahkan di bawah.

Tanpa Coolidge Effect, takkan ada Pornografi Internet 

Diterbitkan 8 Agustus, 2011 oleh Gary Wilson
Coolidge Effect merupakan program biologis purba yang bisa mengesampingkan masalah kepuasan yang menurun pasca-orgasme (loyo) apabila ada pasangan baru yang memohon untuk dibuahi (mengajak berhubungan seksual). Mekanisme neurologis ini menerima setiap kemungkinan rangsangan erotis baru – termasuk yang ada di layar komputer – sebagai kesempatan genetis yang berharga, dan memicu untuk beraksi melalui potensi neurokimiawi.  

Binatang Bosan pada Pasangannya

Stuktur otak
Stuktur otak
Apa jadinya ketika seekor tikus jantan dimasukkan ke dalam kandang yang berisi seekor tikus betina yang siap kawin? Pertama, akan terjadi kegaduhan suasana mereka yang kawin. Kemudian, si jantan akan segera kelelahan dan akhirnya jemu terhadap si betina. Meskipun si betina menginginkan lebih, si jantan akan menolak. Meskipun demikian, saat si betina tersebut diganti dengan betina baru lain yang masih bugar, Wuusss, dengan cepat si jantan bangkit dan dengan perkasa menggagahi betina baru itu. Proses ini bisa dilakukan berulang-ulang dengan mengganti betinanya dengan yang baru hingga si jantan nyaris mati kelelahan. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai Coolidge Effect dan efek ini sudah diselidiki terjadi pada betina juga!

Tikus jantan itu terus mencari betina baru karena dorongan gelombang dopamine (neurokimiawi) di otaknya. Tak ada proses alamiah yang bisa melepaskan sebegitu banyak dopamine seperti halnya seks, karena keinginan gen untuk lestari di masa depan berada di atas segalanya. Gelombang dopamine memerintahkan tikus jantan itu agar jangan sampai meninggalkan betina yang siap kawin tanpa dibuahi. 

Dopamine adalah “harus bisa”-nya neurokimiawi di balik semua motivasi. Tanpa itu, tak ada kepedulian untuk mencari pasangan, mengejar klimaks, bahkan untuk makan sekalipun. Saat dopamine turun, motivasi pun turun. Dopamine jugalah "si penagih" dari semua kecanduan. Otak seorang pecandu berkembang kurang sensitif terhadapnya, dan maka dari itu, secara paradoks, semakin mati-matian menginginkannya. 

Percobaan Coolidge Effect pada tikus
Percobaan Coolidge Effect pada tikus
Kembali ke tikus jantan tadi. Setiap kali kawin dengan betina yang sama, rangkaian di otak yang mengatur penghargaan terhadap si betina semakin berkurang dalam menyemburkan dopamine. Lihat grafik di samping. Kali kelima seekor tikus jantan kawin dengan betina yang sama memerlukan waktu 17 menit untuk klimaks. Waktu untuk bisa ejakulasi bertambah lama saat pelepasan dopamine berkurang. Tetapi tiap mengganti pasangannya dengan yang baru, si jantan bisa melakukan tugasnya dalam dua menit atau bahkan kurang, selama lima kali berturut-turut. Otaknya memperbaharui kekuatan seksualnya dengan semburan kuat dopamine sebagai respon terhadap setiap pasangan baru.

Manusia Menyukai Hal-hal Baru yang Masuk di Kehidupannya

Tidak seperti tikus, manusia adalah pengikat pasangan. Kita terhubung, khususnya untuk membesarkan keturunan bersama—dan menemukan satu ukuran kepuasan yang cukup dalam ikatan kita (secara potensial). Akan tetapi Coolidge Effect juga menghantui dalam diri kita, dan bisa bangkit kapan saja saat ada godaan yang cukup keras memicunya. Seorang pria yang hidup di Los Angeles bertutur tentang pengalamannya. "Aku berhenti setelah meniduri 350 wanita," demikian pengakuannya, "dan aku menduga pasti ada sesuatu yang salah dan demikian kacaunya pada diriku karena aku selalu begitu cepatnya kehilangan ketertarikan seksualku pada mereka. Padahal, beberapa di antara mereka benar-benar cantik." Ketika itu, istrinya baru saja meninggalkannya demi seorang pria Perancis dan dia sangat terpukul. Istrinya tidak tertarik lagi padanya.


Erotisme di dunia online dapat merangsang para penggunanya tanpa belas kasihan. “Pasangan seksual” baru yang tanpa berkesudahan membuat gelombang dopamine terus menggelora. Seorang pria memperhatikan bagaimana kesenangan akan hal-hal baru itulah yang membuat dirinya kecanduan:

"Aku mengoleksi banyak video porno. Kupikir aku sedang menimbun beberapa database kenikmatan yang demikian indahnya. Tapi aku ternyata tak pernah membongkarnya kembali. Hal yang terus menarik buat diriku adalah bintang baru, video baru, dan adegan baru."

Tidaklah mengejutkan begitu banyak penelitian yang memakai pornografi menunjukkan bahwa manusia dan tikus tidak ada bedanya ketika berada pada respon terhadap rangsangan seksual baru. Sebagai contoh, ketika peneliti Australia menampilkan film erotis yang sama berulang-ulang, laporan subyektif dari para partisipan menunjukkan penurunan dalam hal kemampuan bangkitnya minat seksual. “Itu-itu saja” jadi membosankan (pembiasaan yang menunjukkan penurunan dopamine). 

Setelah melihat 18 kalinya—pada saat para partisipan tertidur karena bosan— peneliti memperkenalkan film baru pada tampilan ke-19 dan 20. Ternyata benar! Para partisipan kembali terangsang. (wanita pun menunjukkan efek yang sama.) 

Dopamine melanda ketika ada sesuatu yang baru—khususnya jika itu berkenaan dengan seks. Sebuah bagian dari otak tidak peduli apakah kita sudah mendapatkan seks lebih dari cukup. Keinginannya semata produksi genetika. Contohnya adalah kasus Sooty, seekor kelinci percobaan jantan, yang menerobos kandang 24 ekor betina. Setelah tertahan selama berhari-hari di sana, akhirnya dia kelelahan. (Riset pada binatang pengerat lain menunjukkan kepulihan total otaknya membutuhkan waktu tujuh hari, dan penelitian pada manusia juga mengungkap satu siklus pasca-ejakulasi selama sekurang-kurangnya 7 hari.) 

Mengapa Terjadi Impotensi pada Para Pengguna Pornografi Internet?

Sooty, tikus Coolidge Effect
Sooty, si tikus pejantan yang jadi percobaan Coolidge Effect
Gen Sooty bagaimanapun bahagia; dia menjadi ayah bagi 42 bayinya. Kesempatan semacam itu jarang terjadi pada pejantan spesies lain, tetapi Coolidge Effect menjamin bahwa bila muncul kejadian semacam itu, pejantan takkan mempedulikan keterbatasan alamiahnya dan akan terus melakukannya hingga lemas. 

Jelasnya, jantan memerlukan waktu untuk memulihkan potensi dan kekuatannya setelah mengesampingkan mekanisme kejenuhan seksual mereka dengan dopamine akibat kesenangan akan sesuatu yang baru. Namun apa yang terjadi pada pengguna situs-situs porno sekarang ini? Berapa banyak di antara mereka yang mengesampingkan mekanisme kejenuhan seksual bawaan mereka—tanpa memberi waktu bagi diri mereka istirahat selama seminggu untuk memulihkannya? Pasti akan selalu ada “pasangan” lain yang menggoda dan menuntut untuk dibuahi. Dapat dikatakan, ketika para pria yang mengalami disfungsi ereksi akibat bujukan pornografi berhenti mengonsumsi pornografi, mereka mengalami satu “garis datar” yang membuatnya lemah. Sekali mereka meninggalkan "dapur pacu" itu, libido mereka akan tidur selama berminggu-minggu—sebuah versi ekstrim dari periode pemulihan Sooty.

Berlanjut ke Mengapa Pornografi Membuat Kecanduan?
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into