Home » » Ajahn Brahm: Time Is So Precious (Ketika Waktu Begitu Berharga)

Ajahn Brahm: Time Is So Precious (Ketika Waktu Begitu Berharga)

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Monday, November 6, 2006 | 10:36 PM

Posting tentang cerita dari Ajahn Brahm di bawah ini adalah posting dari di blog lama saya. Saya tak tahu kapan tepatnya, namun karena isinya universal, saya rasa tetap relevan dalam segala zaman.

Kemarin saya menonton DhammaTV mendengarkan ceramah Ajahn Brahm, seorang biksu (pendeta Buddha) yang terkenal dengan bukunya, Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (saya merekomendasikan buku ini untuk bacaan Anda karena isinya yang ringan, tidak menggunakan kata-kata canggih alias mudah dicerna, namun sarat akan makna). Dalam ceramahnya tersebut, ia menceritakan sebuah kisah dari internet berikut ini.

Membeli Waktu

Ajahn Brahm
Ajahn Brahm
Seorang lelaki baru saja tiba di rumah sepulang dari rutinitas kerja lemburnya. Penat, hatinya kian merasa gundah dan tertekan ketika mendapati anaknya yang berumur 6 tahun menunggunya di depan pintu.

“Ayah, bolehkah aku bertanya satu hal?”
“Ya, tentu, ada apa?” jawab lelaki itu.
“Ayah, berapa pendapatan ayah dalam satu jam?”
“Dengar anakku. Bukan urusanmu memikirkan hal itu. Ibumu sendiri tidak pernah menanyakan hal ini! Mengapa engkau bertanya seperti itu?” pria itu merasa terusik pertanyaan anaknya.
“Oh, aku hanya ingin tahu. Tolong beritahu aku, berapa gaji Ayah dalam satu jam?” rengek anak kecil itu. 
“Ok, jika engkau benar-benar ingin tahu, penghasilanku per jam 20 dolar.”
“Oh,” jawab anak itu sambil menunduk. Setelah itu dia tengadah, dan berkata, “Ayah, bolehkah aku pinjam 10 dolar saja? Aku mohon.”

Sang ayah yang tadinya sudah merasa jengkel, kini kian kesal. “Jadi alasanmu satu-satunya hanya ingin tahu seberapa besar gaji Ayah agar kamu bisa meminjamnya untuk mainan konyol atau hal tak berguna lainnya? Ingat, umurmu masih enam tahun. Anak seusiamu tak perlu uang, sedangkan ayah bekerja sepanjang hari tak kenal lelah semuanya untukmu dan ibumu. Ayah tak punya waktu untuk membicarakan masalah konyol seperti ini. Segeralah masuk ke kamarmu dan renungkan keegoisanmu itu. ”

Anak kecil itu perlahan masuk ke kamarnya dan menutup pintunya.

Sejam kemudian, kedongkolan hati sang ayah telah reda dan dia mulai berpikir sikapnya tadi mungkin terlalu keras pada anaknya. Mungkin saja anaknya benar-benar membutuhkan uang 10 dolar itu, karena selama ini dia belum pernah meminta uang. Si ayah pergi ke kamar anaknya, dan mengetuk pintu, “Boleh Ayah masuk?” pinta sang ayah.
“Iya, Yah,” balas sang anak.
“Ayah pikir Ayah terlalu keras padamu tadi,” ujar pria itu, “Maklumlah, seharian ayah telah kelelahan bekerja, dan akhirnya Ayah lampiaskan kemarahan padamu. Ini 10 dolar yang engkau minta tadi.”

Si anak langsung bangkit dan dengan wajah berbinar berucap, “Terima kasih, Ayah!” Kemudian, dengan segera merogoh bawah bantalnya, tempat beberapa dolar kusut. Melihat ternyata anaknya sudah memiliki uang, si ayah mulai menampakkan raut jengkel kembali. Melihat hal itu, sang anak memperlambat hitungan uangnya sembari memandang ayahnya.

“Mengapa kamu meminta uang lagi padahal sudah punya?” gerutu sang ayah. 
“Karena tadi belum cukup, tapi sekarang sudah,” jawab sang anak.
“Untuk apa?” tanya si bapak.
“Ayah, Aku punya 20 dolar sekarang. Bolehkah aku membeli waktumu satu jam saja?”

Pengarang: Anonim


Luangkan waktu untuk Anak Anda
Luangkan waktu demi anak
Ya, seperti itulah fenomena yang terjadi dalam kehidupan modern sekarang ini. Kita demikian disibukkan dengan kerja, kerja, dan kerja. Padahal, tujuan dari semua itu adalah untuk anak dan istri juga. Jika kita tidak mempunyai waktu bersama dengan mereka, lalu apa artinya semua usaha itu? Oleh karena itulah, luangkanlah waktu demi keluarga. Itulah yang ingin disampaikan Ajahn Brahm ketika menceritakan kisah di atas. 

Selamat ber- +Tukar Cerita. Klik share di bawah ini jika Anda menyukainya.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into