Home » » Puisi Cinta: Masa Galau

Puisi Cinta: Masa Galau

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Wednesday, June 4, 2008 | 6:25 PM

Kuncup Mawar

Kuncup mawar yang kubawa mulai mekar
Harumnya semerbak
Menggugah kumbang-kumbang
Dengungnya membuat hatiku gemetar

Kuncup mawarku
Janganlah engkau layu
Janganlah engkau gugur
Dihisap kumbang-kumbang jalang

Segenap kekuatan kucurahkan
biarpun deru angin menerpa
biarpun guntur menyambar
kau tetap kupertahankan

Kuncup mawarku
Berilah aku madu kehidupan
Kobarkanlah semangatku
dalam menggenggammu

Kuncup mawarku
Janganlah engkau ragu dan bimbang
Mantapkanlah dikau
Di dalam pelukanku

Kuncup mawarku
lambing jiwaku
satu-satunya yang kupunya
jangan hancurkan hatiku

Oleh: Agung Suprapto 10:24 a.m. on 8 Sept 2002

Gemuruh Jiwa

Dua puluh lima hari sudah aku melangkah
terasa gundah
terasa sedih
Diantara keceriaan kota dingin

Dua puluh lima hari sudah aku melangkah
tak ada cahaya hidup
semua suram
hancur hatiku
kosong otakku

Dibalik kepekatan
tersentak diriku
terlintas senyum simpul penuh arti
sedikit menerangiku
membangunkan jiwaku, dari tidur

Ya, Illahi
Syukur kupanjatkan
Telah hidup jiwaku
lewat datangnya dara putih berkilauan
sungguh beda jauh dengan diriku kyang hina ini

Hampir aku ragu
Apakah hanya fata morgana
angan-angankah ini ?
Kuusap berkali-kali mataku
Kau tetap didepan mata

Dara putih
Guyuran airmu tak kan kulupakan
Sungguh menyejukkan
membilas kegersangan
hatiku

Kucoba untuk selalu dekat
meski jurang pemisah menganga
Kucoba untuk menyeberang
dengan seutas tali kyang kau pasang
agar dapat bersama

Dara putih
Gesit nan lincah
tidak pandang bulu
Senang dapat bersamamu
sampai akhir nanti

Setapak demi setapak
semangatku membara
Tapi kadang padam
olehtingkahmu

Kutahu
Ini ujian bagiku
Goyahkah hatiku ?
Bimbangkah hatiku ?

Tidak...!
Apapun yang terjadi
Aku harus memelukmu
Kau yang pertama
menyiram dahagaku
menyejukkan jiwaku

Dara putih yang manis
Kau ingin bebas
Kutahu itu
Kesabaran
satu-satunya jalan
untuk mendekapmu

Oleh: Agung Suprapto 13:24 p.m. on 14 Oct 2002 

Pilu

Beginikah nasibku
Selalu pilu, pedih, perih
Semua kemuliaan
hanya harapan belaka

Bunga yang kuharap
Selalu hilang dari genggaman
Raja nirwana mengumbar tawa
Bangga akan rampasannya

Aku sadar
Diriku orang kecil
Tapi aku kaya perasaan
Aku punya hati

Apakah orang kecil tak boleh mendapatkan kemuliaan ?
Tak bolehkah aku memeluk mutiara
Mutiara yang kuinginkan selalu lepas
Meninggalkan kepiluan

Hidupku selalu sengsara
Mungkin ini garis yang tertulis
Aku tak mampu menghapusnya
selalu bayangan semu yang kudapat

Semua kekuatanku kucurahkan
selalu gagal
dan gagal
meninggalkan luka yang dalam.

Oleh: Agung Suprapto 07:17 a.m. on 29 Oct 2002

Masa Galau

Limpahan wangi aroma
Mengundang hasrat liar
Liur pun menetes deras
Mata nyalang kian pedas
Cakar bergetar...
Siap terkam mangsa

Sungguh jinak tak ada hirau
Pada perut hati yang kosong galau
Makin gemaslah jiwa lapar
Gejolak telah panas membakar

Sang ramah yang tak pernah marah
Jangan kau goda naluri buaya
Minggir segera
Selagi titik nurani cegah gairah

Umbaran wangimu terlalu mempesona
Hati-hatilah...
Jangan sampai tercium hidung nista
Cepatlah...
Berlalu dari hadapanku!

Oleh: t-ca 6:25 p.m. on 26 Sept 2003

Pilahan

Tatkala terhimpit sesak dada
Tertekan pilihan mendua gila

Miskin pengalaman
Kurang pertimbangan

Namun harus segera memilah
Mulailah dan jangan takut salah

Paksalah hati tuk berontak
Sebelum makin picik otak

Munculkan nurani
Tangan intuisi pembimbing sejati

Oleh: t-ca 6:25 p.m. on 26 Sept 2003

Pinte

Saat kesetiaan menjadi pengkhianatanku…
Ketika kecintaanku menjelma menjadi kebencianku…
Kapan hidupku jadi mati…
Tinggal tunggu putihku menjadi hitamku…

Dadaku terlalu ciut
Tuk bisa hayatimu…
Kepalaku jauh dari kuasa
Tuk bisa pahamimu…

Pedih, perih
Pahit, getir
Gelap, pekat

Luluh?!, Tidak
Luluh?!, Belum
Luluh?!, Diam

Mungkinkah ku besar dalam kecilku?
Bisakah ku lapang dalam sempitku?

Oleh: Herry,20:35 p.m. on 31 Oct 2003

Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into