Home » , , » Kata-Kata Para Tokoh tentang Politik dan Kepemimpinan Presiden

Kata-Kata Para Tokoh tentang Politik dan Kepemimpinan Presiden

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Thursday, May 22, 2014 | 1:44 PM

Di tengah hingar-bingar pertarungan dua kekuatan kandidat presiden ini, saya tak hendak mendukung salah satu calon. Di sini saya hanya akan mengumpulkan kata-kata dan analisis para tokoh tentang politik dan pemilihan (presiden). Dengan ini saya bisa belajar menerjemahkan sekaligus mengingatkan diri untuk tetap waspada akan permainan elit ini.

Diaz Hendropriyono and Maruarar Sirait, keduanya dari tim sukses Jokowi, berfoto selfie  dengan Fadli Zon, Waketum Gerindra (foto: Tweet Diaz Hendropriyono)
  1. "Di bawah kondisi yang ada sekarang, kapitalis privat niscaya mengontrol sumber utama informasi (pers, radio, pendidikan)*, secara langsung maupun tidak langsung. Maka sangat sulit, dan memang dalam kebanyakan kasus mustahil, bagi warga negara perorangan untuk dapat menarik kesimpulan objektif dan memanfaatkan secara cerdas hak-hak politiknya." (Albert Einstein, ilmuwan. Sumber: Monthly Review) *Sekarang via BBM, SMS, Twitter, Facebook, portal, dan blog.
  2. "Dalam konstruksi alam pikir masyarakat kita, Indonesia adalah negara kekuasaan yang harus dipimpin orang yang powerful. Orang kuat ini selalu dikaitkan dengan militer." (Maulana Surya Kusuma, pengamat politik, Universitas Jember. Sumber: MERDEKA.com)
  3. "Eagle flies alone." ("Elang terbang sendirian tanpa ikut gerombolan lain." Prof. Riswandha Imawan, pengamat politik, FISIP UGM), ("Seorang pemimpin selalu sendiri, karena dia berada di puncak." Soe Hok Gie )
  4. "The hardest thing about any political campaign is how to win without proving that you are unworthy of winning."  "Hal terberat dalam kampanye politik adalah bagaimana menang tanpa harus membuktikan bahwa Anda tidak layak menang." (Adlai Stevenson, politikus AS, lengkapnya baca di Untuk Apa Memilih Kandidat?)
  5. "Kekuasaan tanpa budi akan menjadi pedang bermata dua, yang menikam si penguasa sendiri, tetapi terutama rakyatnya." (Sutomo via twit JJ Rizal)
  6. "All voting is a sort of gaming, like checkers or back gammon, with a slight moral tinge to it, a playing with right and wrong, with moral questions; and betting naturally accompanies it. The character of the voters is not staked. I cast my vote, perchance, as I think right; but I am not vitally concerned that that right should prevail. I am willing to leave it to the majority. Its obligation, therefore, never exceeds that of expediency. Even voting for the right is doing nothing for it. It is only expressing to men feebly your desire that it should prevail. A wise man will not leave the right to the mercy of chance, nor wish it to prevail through the power of the majority." "Semua voting itu serupa dengan permainan, seperti halnya catur dan halma, dengan sedikit sentuhan moral, yaitu bermain dengan benar salah, dengan pertanyaan-pertanyaan moral; dan taruhan sewajarnya akan mengikutinya. Karakter para pemilih tidak dipertaruhkan. Saya memutuskan memilih, jika sekiranya saya pikir itu benar; Tetapi saya terlalu peduli hak tersebut akan menang. Saya bersedia memasrahkannya pada mayoritas. Kewajibannya, dengan demikian, tidak pernah melampaui kemanfaatannya. Bahkan memilih untuk memenuhi hak sama halnya dengan tidak melakukan apa-apa. Hal itu nyatanya hanya memperlihatkan pada manusia Seorang yang bijak tidak akan menyerahkan haknya pada belas kasihan peluang, dan tidak pula berharap haknya akan menang melalui kekuatan mayoritas."  (Henry David Thoreau, filsuf, On the Duty of Civil Disobedience)
  7. "Tujuh dosa sosial: politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja, kesenangan tanpa nurani, pengetahuan tanpa karakter, perdagangan tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, dan ibadah tanpa pengorbanan." - Mohandas Karamchand Gandhi 
  8. "Ketiadaan pencitraan, yang seolah-olah spontan, wajar, dan tidak neko-neko, dengan sendirinya adalah sebuah citra. Autentisitas seorang selebritas sebenarnya hanyalah ilusi, atau produk buatan juga." (Anne Helen Petersen, Akademisi, pakar selebritas. Sumber: Yahoo)
  9. Menjadi presiden adalah soal menjual narasi. (Gita Wirjawan, kandidat capres Demokrat. Sumber: Yahoo
  10. "Politics is who gets what, when, and how." (Politik adalah tentang siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana."Harold Laswell) 
  11. "Kualitas seorang pemimpin bisa dilihat dari standar yang mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri." (Ray Kroc)
Itulah sepuluh kutipan kata-kata para tokoh tentang politik dan pemilu yang dapat saya kumpulkan. Kira-kira nomor berapa yang Anda sukai? Apa alasannya? Silakan berkomentar di bawah.

Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into