Home » » Hubungan Kho Ping Hoo dengan Jiddu Krishnamurti

Hubungan Kho Ping Hoo dengan Jiddu Krishnamurti

Diceritakan oleh Tricahyo Abadi pada Monday, January 28, 2013 | 12:52 PM

Jujur saya belum pernah ingin serius membaca cersil Kho Ping Hoo dan karena itu tidak tahu banyak apa isinya. Alasan saya semata karena saya tidak pernah kenal bacaan ini semasa kecil. Tapi hari ini berkat status suhu Heri Darmanto  yg menyitir isi salah satu serinya, saya baru tahu isinya sangat mirip dengan ajaran Jiddu Krishnamurti.
Berikut ini bagian Serial Kho Ping Hoo yang dicopas:
"Tak dapat disangkal pula bahwa manusia merupakan makluk yang paling pandai di antara semua makluk hidup dan sudah telah memperoleh kemajuan yang amat hebat dalam soal kebendaan, soal jasmaniah, soal lahiriah. Kemajuan-kenajuan pesat yang mentakjubkan telah dicapai oleh manusia dengan segala keajaiban tehnik. Akan tetapi, sungguh sayang, kemajuan jasmaniah ini tidak disertai kemajuan rohaniah, kemajuan lahiriah tidak diimbangi kemajuan batiniah. Bahkan sebaliknya malah! Justeru kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang lahiriah ini seolah-olah menjadi penghambat kemajuan batiniah, bahkan telah membuat manusia mundur dalam bidang rohani. Kalau kita bandingkan betapa beberapa ratus tahun yang lalu manusia masih mempergunakan gerobak yang ditarik kuda dan kini manusia mempergunakan kendaraan-kendaraan bermesin yang hebat-hebat, bahkan dapat terbang dengan kecepatan melebihi suara, jelaslah bahwa manusia telah memperoleh kemajuan yang amat hebat di bidang kebendaan di banding lahiriah. Akan tetapi, kalau kita bandingkan pula keadaan batiniah manusia ketika masih berkendaraan gerobak dengan batin manusia sekarang, jelas pula nampak bahwa di bidang ini kita mengalami kemunduran hebat! Kejahatan makin merajalela. Permusuhan antara manusia makin menghebat. Perang makin mengganas. Bunuh-membunuh makin menguasai seluruh negara di bagian dunia manapun juga. Mengapa demikian? Apakah justeru kemajuan lahiriah itu yang menyeret manusia mundur dalam bidang batiniah? Apakah kemajuan di bidang kebendaan itu telah mendatangkan kebahagiaan kepada manusia? Kita dapat membuka mata melihat kenyataan dan jawabannya jelas: Tidak! Kemajuan di bidang kebendaan jelas tidak mendatangkan kebahagiaan. Bukan berarti bahwa kita tidak semestinya maju dalam bidang kebendaan. Sama sekali tidak! Akan tetapi kita tidak pernah mau meneliti dan menyelidiki tentang kehidupan batiniah kita. Kita terlampau dibuai oleh kemajuan lahir yang kesemuanya ditujukan kepada pencapaian kesenangan yang sebanyak dan sebesar mungkin! Kita lupa bahwa makin dikejar, kesenangan itu makin mencengkeram kita, makin membuat kita haus. Nafsu tak pernah dapat dipuaskan, karena sekali dituruti, akan terus menyeret kita untuk mendapatkan yang lebih banyak dan lebih besar lagi. Dan justeru pengejaran kesenangan inilah yang menjerumuskan kita ke dalam segala bentuk kejahatan!

Seluruh kehidupan kita telah dikuasai dan dipengaruhi oleh hasrat yang satu, yaitu ingin senang! Hasrat ingin senang ini sampai-sampai menyelinap ke dalam soal-soal yang kita namakan bidang rohaniah, sehingga sebagian besar dari kita memasuki suatu agama, suatu partai, suatu golongan, suatu kelompok kebatinan, hanya terdorong oleh hasrat INGIN SENANG inilah! Marilah kita membuka mata meneliti dan mengamati diri sendiri. Tidaklah di balik semua usaha kerohanian kita itu tersembunyi hasrat itu yang terselubung? Hasrat ingin menjadi orang baik, ingin bebas, ingin menjadi saleh, yang kesemuanya merupakan bentuk terselubung dari hasrat INGIN SENANG. Dan selama terdapat pamrih ingin senang, berarti semua tindakan yang berpamrih mementingkan diri sendiri sudah pasti akan mendatangkan konflik. Karena itulah muncullah agamaKu, negaraKu, partaiKu, keluargaKu, kelompokKu, TuhanKu, dan selanjutnya yang semuanya hanya berdasarkan kepada kesenanganKu, oleh karena itu kalau kesenanganku sampai diganggut aku menjadi marah, benci, dan siap untuk membunuh atau dibunuh! Perang!

Ingin senang! Apakah hidup ini lalu harus menjauhi kesenangan, menolak kesenangan lalu hidup bertapa di gunung-gunung, di guha-guha, atau mengasingkan diri di biara-biara. Sama sekali tidak demikian! Kita lupa bahwa menjauhi kesenangan seperti itu, bertapa dan sebagainya, pada hakekatnya juga masih MENCARI KESENANGAN dalam bentuk lain, menginginkan kesenangan yang kita anggap lebih luhur! Segala macam bentuk pencarian, segala bentuk daya upaya, pada hakekatnya terdorong oleh rasa ingin senang itu, bukan? Baik kesenangan itu kita tingkat-tingkatkan sebagai kesenangan rendah, sedang atau tinggi atau luhur, tetap saja pada dasarnya kita ingin senang! Dan selama ada KEINGINAN untuk senang, maka sudah pasti timbul konflik, timbul pertentangan, karena keinginan yang dihalangi menimbulkan marah dan kebencian, keinginan yang tidak tercapai menimbulkan kekecewaan dan kedukaan, sebaliknya keinginan yang tercapai tidak akan mendatangkan kepuasan abadi, melainkan mendatangkan kepuasan sesaat saja yang kemudian ditelan oleh keinginan yang lebih besar lagi.

 Kesenangan bukanlah hal yang jahat atau buruk. Manusia hidup berhak untuk senang! Kita mempunyai panca indra yang dapat merasakan kesenangan itu, dapat menikmati apa yang dinamakan kesenangan itu sehingga mata kita dapat menikmati keindahan setangkai bunga, telinga kita dapat menikmati kicau burung, hidung kita dapat menikmati keharuman bunga, mulut kita dapat menikmati asin, manis, gurih, dan sebagainya lagi. Anugerah sudah berlimpah! Akan tetapi, segala kesenangan yang sebenarnya bukan kesenangan, melainkan kebahagiaan hidup ini, akan berubah menjadi kesenangan yang ingin kita ulang-ulangi, ingin kita peroleh sebanyak dan sebesar mungkin kalau kita MENYIMPAN pengalaman yang nikmat itu ke dalam ingatan! Maka lahirlah keinginan untuk senang, dan muncullah pengejaran kesenangan! Semua ini dapat kita sadari sepenuhnya kalau kita waspada dan mau mengamati diri sendiri setiap saat tanpa penilaian, tanpa usaha mengubah, hanya mengamati saja penuh pengertian, penuh kewaspadaan, yaitu diri sendiri mengamati diri sendiri."

Tadi sewaktu baca copasnya bahkan saya kira itu tulisan Jiddu Krishnamurti atau paling tidak Ki Ageng Suryamentaram. Ternyata cuplikan cersil Kho Ping Hoo. Kini benang merah itu terlihat sekali. Sepertinya Kho Ping Hoo merujuk Jiddi Krishnamurti. Thanks Pak Heri!

Dan setelah saya telusuri di google, inilah hasilnya:
  1. Kho Ping Hoo pernah menerjemahkan Bunga Rampai Jiddu Krishnamurti 8 jilid yang sekarangdikoleksi oleh perpustakaan Universitas Negeri Malang (menurut Hudoyo Hupudio: Kalau ada buku-buku K belakangan yang diterjemahkan oleh Perkumpulan
    Teosofi, itu harus dibaca dengan kritis, karena orang-orang Teosofi suka mendistorsikan pandangan K. Sama seperti terjemahan Kho Ping Hoo, perlu dibaca dengan kritis; tapi KPH sudah menyatakan bahwa terjemahannya itu "terjemahan bebas", jadi sudah banyak dicampuri pandangan pribadinya, bukan pandangan K lagi.Ini contoh bagaimana ajaran seorang yang tercerahkan bisa terdistorsi
    bersama waktu. Begitiu pula ajaran Sang Buddha dalam Tipitaka.)
  2.  Di forum MMD, seorang member menyatakan: Kho Ping Hoo tampaknya berminat pada uraian J. Krishnamurti. Ia juga banyak membaca buku-buku filsuf India Krishnamurti. "Terus terang saya terpengaruh pada pikiran-pikirannya," kata Ping Hoo. Dan karena itulah, ia terdorong menterjemahkan buku Krishnamurti Comentaries on Living yang kemudian ia terbitkan sendiri. Tidak dijual untuk umum, melainkan dihadiahkan kepada beberapa rekannya yang berminat."
  3. Di milis SEMEDI, ada yang mengatakan: Pemujaan Kho Ping Hoo pada Krishnamurti berpuncak pada gambaran tokoh Bu Kek Sian Su, seorang yang wajahnya cemerlang, bijak, tidak terikat pada keduniawian, dst. Karena keawaman, saya pikir Kho Ping Hoo mengambil filsafatnya dari Budha, Tao atau Konfusius. Ternyata bukan! Di suatu majalah dia bercerita bahwa dia pengagum J. Krishnamurti, bahkan menterjemahkan salah satu bukunya dan siapapun yang minta akan dikirim.
Jika menurut Anda bermanfaat, silakan berbagi tulisan ini ke teman Anda dengan tombol Google+, Twitter, atau Facebook di bawah ini.
Comments
0 Comments
0 Comments

Berikan Komentar

Post a Comment

Translate This Page into